thayyibah.com :: Berapa banyak kita terpukau melihat bintang film barat atau bintang film india ketika menyuapi kekasihnya dengan tangannya. Tapi jarang di antara kita yang terpesona dengan sabda nabi:
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ
“Sesungguhnya engkau, tidaklah memberikan nafkah yang dengannya engkau mengharapkan wajah Allah kecuali engkau diberi pahala karenanya, sampai makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kita terkesima dan meyakini bahwa memberi mawar indah kepada sang kekasih adalah budaya barat, budaya dari kaum eropa yang berkemajuan. Tetapi kita melupakan hadits Nabi:
من عرض عليه ريحان فلا يرده فانه خفيف المحمل طيب الريح.
“Barangsiapa ditawarkan kepadanya bunga rayhan maka janganlah ia menolaknya, sesungguhnya ia mudah dibawa dan harum aromanya.” (HR. Muslim: 20, 2253).
Kita sangat kagum melihat lelaki barat membukakan pintu mobil untuk sang kekasih, tapi kita melupakan salah satu riwayat dari kisah rasulullah dalam perang khaibar beliau duduk sambil menjadikan paha beliau sebagai tumpuan sang istri tercinta Shafiyah radhiyallahu ‘anha untuk menaiki untanya. Itulah romantisme nabi disaat peperangan bagaimana lagi ketika berduaan.
Rasulullah adalah seorang nabi, Ksatria, pemimpin besar ummat Islam, pengemban risalah agung kemanusiaan, pikirannya tercurahkan untuk memperjuangkan kejayaan Islam, tapi dari sisi lain beliau adalah seorang suami yang romantis, tangannya yang mulia tidak segan-segan untuk menyuapi istrinya.
Dan agar romantisme senantiasa mekar dan berbunga, rasulullah seringkali mencium istrinya bahkan dalam kondisi sedang berpuasa.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendekatiku untuk menciumku. Aku katakan bahwa aku sedang berpuasa. Beliau bersabda, ‘Aku juga sedang berpuasa.’ Beliau menghampiriku lalu menciumku.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya dan dishahihkan al-Albany dalam ash-Shahihah)
Rasulullah tidak malu menyebut nama istri tercinta di depan publik di saat banyak suami menganggap sekedar menyebut nama istri di depan umum mengurangi harga dirinya bahkan malu mengakui sebagai istrinya. Tapi rasulullah justru menujukkan cintanya kepada sang istri. Bersambung… (thayyibah)