Breaking News
Mobil Alphard baru dipasarkan di Indonesia tahun 2008. (Foto : mobilalphard.com)

MENGGUGAT KONSEP DAN APLIKASI SEDEKAH YUSUF MANSUR (Bag. 6)

Mobil Alphard baru dipasarkan di Indonesia tahun 2008. (Foto : mobilalphard.com)
Mobil Alphard baru dipasarkan di Indonesia tahun 2008. (Foto : mobilalphard.com)

Imajinasi Yusuf Mansur Membuai Kisah Sedekah

 

Salah satu upaya Yusuf Mansur mempopulerkan dirinya adalah dengan mengundah video-vidio ceramahnya ke youtube, termasuk penampilan-penampilan dia di stasiun televi. Penulis ingin mengulas secara singkat isi ceramah Yusuf Mansur dalam dalam http://youtu.be/fII7uusiho4. Judul vidio di situ tertulis ‘Sedekah – 700 X Lipat Karena Sedekah’.

Dalam vidio tersebut, Yusuf Mansur selalu membaca ayat Qur’an. Terkesan dia tidak menghafal ayat-ayat yang dibacanya, padahal dalam berbagai kesempatan Yusuf Mansur selalu mengaku kalau dirinya adalah seorang penghafal Qur’an (tahfidz). Di situ juga terlihat Yusuf Mansur menafsirkan sendiri ayat-ayat yang dibacanya. Dia tidak pernah menyebutkan, tafsirannya itu sebagai nukilan atau bersandar pada pendapat ulama tafsir. Rasulullah SAW mengingatkan kita : “Berkata Abu Imran, dari Jundub , ia berkata: Rasulullah SAW , bersabda: “Siapa berkata mengenai isi Kitabullah Azza wajalla(Al-Qur’an) dengan pendapatnya sendiri, meskipun benar, itu tetap salah.” (Abu Dawud).

Sebuah hadis lain Rasulullah mengatakan, “Barang siapa yang menafsirkan al-Qur’an menurut pendapatnya sendiri, hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka”. (HR. Muslim).

Yusuf Mansur di vidio itu menafsirkan ayat tentang doa yang Allah akan kabulkan. Memang tak salah ayat dan hadits yang dibacakannya itu, hanya saja dia selalu ingin membuktikan terkabulnya doa itu dengan bukti-bukti dari kisah orang yang dia ceritakan. Sedangkan kisah yang dia ceritakan itu banyak mengandung ketidakbenaran dan ketidak cocokkan dengan realitas.

Coba perhatikan kisah yang diceritakan Yusuf Mansur tentang dua orang suami istri miskin yang selalu berdoa agar bisa makan gratis di sebuah restoran yang dirasakan sangat mahal bagi mereka. Untuk membuktikan doa mereka dikabulkan Allah atau tidak, suami istri miskin itu memberanikan masuk ke restoran itu. Di sana, mereka dapatkan dua kursi yang masih kosong diantara delapan kursi lainnya dan langsung menempatinya. Di luar dugaan, kursi yang mereka tempati itu, dan delapan kursi lainnya, adalah tempat yang sudah dipesan oleh seseorang untuk acara ulang tahun eyangnya. Sesaat setelah suami istri ini duduk, berdirilah si empunya hajat dan menyampaikan pidato ulang tahun eyangnya dengan mengucapkan selamat datang kepada hadirin (yang berjumlah 8 orang itu) baik mereka yang diundang maupun yang tidak diundang. Setelah itu makan minumpun mulai dan pasangan miskin ini bisa menikmati hidangan dari restoran yang selama ini mereka impikan. Terkabullah doa mereka selama ini.

Siapa saja yang punya akal sehat akan merasa geli dengan kisah ini. Bisa-bisanya manusia biasa berani mencoba Allah, apakah Allah mengabulkan doanya atau tidak? Bisa-bisanya pegawai restoran berani mempersilahkan orang lain yang bukan undangan menempati kursi yang sudah dipesan customernya? Bagaimana mungkin karyawan restoran mengetahui tempat yang dibooking itu bakal ada 2 tempat duduk yang kosong. Bisa-bisanya seorang cucu merayakan ulangtahun neneknya dengan hanya mengundang 8 orang di sebuah restoran dengan sambutan yang super lucu seperti itu? Yang paling aneh, seorang cucu bisa merayakan ulang tahun eyangnya tanpa dihadiri orangtuanya atau sanak keluarganya dan hanya mengundang 8 orang. Lalu, siapa yang menceritakan kepada Yusuf Mansur kisah ini? Apakah suami istri tersebut atau si empunya hajat? Kalau ya, siapa mereka? Dapatkah Yusuf Mansur menyebutkan identitas mereka?

Masih dalam tausiyah Yusuf Mansur dividio itu. Menurutnya, pada tahun 2006 mobil Nissan Serena miliknya dia sedekahkan atas permintaan anak perempuannya Wirda yang kala itu masih berusia tujuh tahun. Bocah yang masih duduk dikelas satu SD itu sangat ingin menunggangi mobil Toyota Alphard. Karena merasa belum cukup punya uang untuk membeli Toyota Alphard, Wirda mengusulkan agar mobil Nissan Serena itu disedahkan saja. Tak lama kemudian, Yusuf Mansur bisa juga memiliki Toyota Alphard atas pemberian seorang sahabatnya yang bernama Haji Mulyadi.

Apakah masuk akal cerita diatas? Sedangkan pada tahun 2006 seorang Yusuf Mansur masih belum punya nama,belum terkenal, belum punya mobil, belum punya rumah tapi sudah berani mensedekahkan mobil kepada orang lain.

Adalah sangat luar biasa, seorang bocah yang baru kelas satu SD itu sudah punya wawasan tentang Toyota Alphard yang dalam pikirannya adalah mobil mewah. Sangat luar biasa lagi, Toyota Alphard baru dipasarkan di Indonesia pada tahun 2008 atau dua tahun setelah bocah tujuh tahun itu berimajinasi. Itupun, Alphard pada tahun tersebut belum dikategorikan mobil bergengsi seperti sekarang ini.

Begitu juga dengan Haji Mulyadi yang disebut Yusuf Mansur sebagai orang yang mensedekahkan mobil Alphard itu. Pada tanggal 10 September lalu, teman penulis meminta kepada Yusuf Mansur untuk  menjelaskan tentang Haji Mulyadi lewat pesan WhatsApp (WA). Sayangnya, sampai artikel ini ditulis Yusuf Mansur tidak pernah menjelaskan walaupun pesan  WA itu sudah dibacanya.

Masih dalam vidio yang sama, di situ Yusuf Mansur mengisahkan tentang pedagang pisang goreng dan tukang ojek yang mensedekahkan semua penghasilan mereka dalam sehari. Dalam pandangan penulis, kisah ini sangat mengada-ada. Karena orang dengan profesi sebagai penjual pisang goreng dan tukang ojek lalu mensedekahkan seluruh penghasilannya pada hari itu, berarti dia telah menutup aktifitas usahanya untuk keesokan harinya.

Bukan hanya itu, dengan mensedekahkan semua omset pada hari itu juga bertentangan dengan semangat bersedekah yang diajarkan oleh Rasulullah. Pernah datang kepada Rasulullah seorang sahabat yang berniat mesedekahkah seluruh hartanya. Namun Rasulullah melarangngnya. Sahabat itu lalu ingin mensedekahkan separoh hartanya. Namun Rasulullah tetap tidak menyetujuinya. Baru ketika sahabat itu menyodorkan seperdelapan dari hartanya.

Begitu juga dengan kisah lain yang dituturkan Yusuf Mansur tentang pengusaha atau pedagang mobil yang mensedekahkan semua omsetnya dalam sehari. Ini tentu kisah yang tidak pernah terjadi. Karena dengan mensedekahkan semua hasil penjualan mobil dalam sehari akan berpengaruh terhadap kelangsungan perdagangannya. Ini jelas bertentangan dengan semangat berusaha yang diajarkan oleh Islam.

Kisah-kisah yang diceritakan Yusuf Mansur penuh dengan dramtisasi. Dalam setiap ceramah paling tidak ada tiga kisah yang dia ceritakan. Dari sini bisa kita simpulkan, bahwa sebenarnya Yusuf Mansur tidak memiliki bekal ilmu agama yang cukup kecuali setumpuk kisah fiktif.

Kisah dramatis yang diceritakan itu sengaja diciptaan Yusuf Mansur untuk membuktikan bahwa semua doa dan harapan segera dikabulkan Allah dalam waktu yang singkat jika sesegera mungkin bersedekah.

Semua kisah Yusuf Mansur itu sampai sekarang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Lalu apa tujuannya? Tak lain dan tak bukan adalah untuk meminta orang untuk segera mengeluarkan uang dan hartanya saat itu juga. Orang yang mendengar kisah-kisah fiktif itupun terhipnotis lalu mengeluarkan uang, perhiasan, kendaraan bahkan sertifikat tanah untuk diserahkan kepada Yusuf Mansur. Sebagai penguat, Yusuf Mansur selalu berdalih, uang dan harta yang mereka sedekahkan itu akan digunakan untuk pengembangan pesantren yang dipimpinnya.

Pertanyaannya, apakah benar semua uang dan harta yang dia kumpulkan itu benar-benar digunakan untuk pengembangan pesantrennya? Ataukah juga dipakai untuk menambah pundi-pundi asset pribadinya? Yang pasti, saat ini Yusuf Mansur bukanlah seorang yang sederhana, dia bukan orang miskin. Kekayaan dan assetnya sangat banyak seperti tanah, kendaraan dan properti termasuk apartemen. Dan jika hal ini tidak dicegah, maka bisa jadi masyarakat yang berharap hidupnya berubah dengan bersedekah kepada Yusuf Mansur tidak pernah berubah hidupnya sedangkan Yusuf Mansur akan bertambah kekayaannya.

Seharusnya seorang ustadz menyampaikan dakwah tentang sedekah secara utuh. Tujuannya agar masyarakat gemar dan memiliki kesadaran sedekah kepada orang yang membutuhkan. Bukan hanya sedekah kepada si ustad. Juga bukan bagaimana dengan dakwah seorang ustad menambah pundi-pundi kekayaannya dari sedekah jamaahnya.

About Tabrani Sabiri, Lc, M.Ag.

TABRANI SABIRIN, Lc, M.Ag. Lahir di Solok, Sumatera Barat, 14 Agustus 1965. Menyelesaikan pendikan S1 di Universitas Al Azhar, Kairo Mesir. Sedangkan S2 diselasaikan di UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta. Menjadi staf pengajar di Fakultas Syariah dan Hukum UIN dari tahun 1998 sebagai PNS. Karena ketertarikannya pada dunia politik dan bisnis, akhirnya Thabrani meninggalkan UIN pada tahun 2009. Kini mantan Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus, PP Muhammadiyah dan anggota DPRD Provinsi Banten ini lebih aktif dalam dunia bisanis dan dakwah.