Oleh : Geisz Chalifah

Di sebelah kiri saya, ada Zaki Chalifah—keponakan saya, anak dari sepupu. Ayahnya keturunan Arab, ibunya keturunan Tionghoa. Di sebelah kanan saya, juga keponakan, Ruben Onsu, anak sepupu yang lain. Bedanya, Ruben justru ayahnya keturunan Tionghoa, ibunya keturunan Arab.
Kalau ditarik ke belakang, jejak keluarga ini akhirnya kembali ke satu titik awal: Kebon Nanas, Jatinegara. Dari situlah semuanya bermula, lewat nenek saya—ibu dari ayah saya—yang biasa dipanggil Bu Denin, orang Betawi asli Kebon Nanas (Jatinegara) dekat pasar Sawo.
Waktu kecil, saya masih sempat bertemu Mpok Muhaye, Rameni, Alon, dan yang lain. Masa kanak-kanak saya sering bermain di rumah nenek, sambil ngangon kambing. Kebon Nanas kala itu masih lengang, belum sepadat sekarang. Gang demi gang saya hafal betul, karena jalannya masih tanah dan luasnya kebon membuat kami leluasa bermain.
Kalau sedang bertemu keluarga besar dari pihak Betawi, saya kerap diperkenalkan sebagai “anaknya Bang Salim Jago”. Sampai sekarang saya masih tersenyum sendiri setiap kali ingat panggilan itu. Apa maksud “Jago” yang diselipkan di belakang nama ayah saya? Entahlah.
Sekarang, rumah nenek itu sudah berpindah tangan. Keluarga pun berpencar, tersebar ke berbagai tempat. Gang-gang di Kebon Nanas kini terlihat semrawut, jalannya kecil dan saling terhubung. Tapi mungkin memang begitu asal-usulnya. Jalanan yang hari ini kita lalui, mungkin dulunya hanyalah jalur yang dipakai untuk menggiring kambing. Itulah yang kemudian menjadi pola jalan kampung, yang diwarisi hingga kini.
Saya bukan ahli sejarah, hanya orang yang sedang mengingat-ngingat masa lalu. Yang jelas, Kebon Nanas adalah titik mula segala bermula.
Maka ketika di media sosial, terutama di X, ada saja yang berkata, “Imigran Yaman, pulang ke kampung lu sana,” saya hanya bisa menjawab sambil tersenyum: saya tidak pernah ke Yaman, jadi tak tahu bagaimana keadaan di sana. Tapi kalau Kebon Nanas, saya hafal betul. Kalau begitu, apa perlu gue bikin kampung sendiri dengan nama Kebon Nanas Merdeka? Supaya ada tempat buat pulang kampung.
Thayyibah