Breaking News

Arti Cinda dan Kehilangan*

Oleh : Indriatno Widiarto

Di suatu sore yang sendu, di sebuah taman di Berlin, seorang gadis kecil terlihat terisak, wajahnya penuh kesedihan.

Franz Kafka, seorang pria berusia empat puluhan yang tidak pernah menikah dan tak punya anak, kebetulan lewat dan melihat gadis itu duduk sendirian. Kafka, yang biasanya lebih senang menyendiri, merasa terpanggil untuk menghampirinya.

“Ada apa, Nak? Kenapa kamu menangis?” tanyanya lembut.

Gadis kecil itu mengangkat wajahnya yang basah dan berkata, “Boneka kesayanganku hilang. Aku nggak bisa menemukannya.”

Kafka terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Hmm, kalau begitu kita cari bersama-sama, ya?”

Mereka berdua pun mengelilingi taman, mencari boneka itu di setiap sudut. Tapi, setelah cukup lama, boneka itu tetap tidak ditemukan. Gadis kecil itu tampak semakin putus asa.

“Besok, temui aku di sini lagi, ya?” ucap Kafka menenangkan, “Kita akan cari lagi besok. Siapa tahu bonekamu kembali.”

Keesokan harinya, Kafka datang membawa secarik surat. Ia menyerahkannya pada gadis kecil itu dengan wajah penuh misteri.

“Ini… surat dari bonekamu,” katanya.

Gadis kecil itu membaca surat tersebut, wajahnya berubah penasaran. Dalam surat itu, bonekanya menulis, “Jangan menangis, aku pergi berkeliling dunia. Aku akan menulis surat tentang petualanganku untukmu.”

Hari-hari selanjutnya, Kafka datang setiap sore dengan membawa surat baru dari boneka itu.

Dalam surat-suratnya, boneka itu menceritakan petualangannya yang seru—ia berlayar melintasi samudra, berteman dengan kupu-kupu di taman bunga, dan bertemu dengan mainan lain dari berbagai penjuru dunia.

Gadis itu menikmati setiap cerita dengan penuh antusias, senyumnya kembali hadir, menggantikan kesedihannya yang dulu.

Beberapa bulan kemudian, Kafka membawa sebuah boneka baru. Ia berkata, “Ini… bonekamu sudah pulang.”

Gadis itu memandangi boneka itu dengan ragu. “Ini bukan bonekaku… bentuknya beda.”

Kafka mengeluarkan secarik surat lagi dari dalam saku. “Bonekamu bilang, ‘Petualanganku telah mengubahku.’”

Gadis itu akhirnya memeluk boneka itu erat-erat, menerimanya dengan hati yang hangat. Setiap hari dia memainkannya dengan penuh kasih sayang, seolah boneka itu adalah teman lama yang kembali dari perjalanan jauh.

Setahun kemudian, Kafka meninggal. Gadis kecil itu tumbuh dewasa, membawa kenangan bonekanya dan surat-surat Kafka di hatinya.

Bertahun-tahun berlalu, hingga pada suatu hari ia menemukan sebuah surat kecil yang tersembunyi di dalam boneka yang dulu diberikan Kafka.

Surat itu ditulis oleh Kafka sendiri, dengan tulisan tangan yang lembut dan penuh perasaan:

“Segala yang kau cintai mungkin akan hilang, tapi pada akhirnya, cinta akan kembali dalam bentuk lain.”

Ia tersenyum penuh haru, matanya berkaca-kaca, menyadari bahwa kasih sayang yang ia terima dari Kafka tidak pernah benar-benar hilang.

Dari tangan seorang asing yang peduli, ia belajar bahwa cinta memiliki kekuatan untuk berubah bentuk dan bertahan, meskipun orang yang memberikannya telah pergi.

Cerita itu pun tinggal sebagai kenangan, sebuah kisah kecil yang mengajarkan arti cinta dan kehilangan. Bahwa di balik setiap kehilangan, selalu ada kesempatan baru untuk menemukan kebahagiaan yang tak terduga.

*Judul dari Redaksi

About Redaksi Thayyibah

Redaktur