Breaking News
Mobil Vanessa Angel remuk setelah alami kecelakaan di jalan tol Nganjuk, Jawa Timur yang menewaskannya) (Foto : Merdeka)

KM 54

Oleh: Setiardi

Mobil Vanessa Angel remuk setelah alami kecelakaan di jalan tol Nganjuk, Jawa Timur yang menewaskannya) (Foto : Merdeka)

Kecelakaan yang menyebabkan kematian Vanessa Angel dan Suaminya mengingatkan saya pada pengalaman pribadi. Pada 2008 mobil Toyota Rush yang saya setir terjungkal di KM 54 Tol Merak – Jakarta. Saya ditemani adik ipar yang ganteng, Aditya Mahario. Mobil rusak berat, kami selamat.

Ceritanya hari itu saya menyiapkan acara Maulid Nabi di Masjid Banten Lama. Saya di Banten sejak sehari sebelumnya, karena menyiapkan beberapa acara. Puncak kegiatan malam harinya diisi ceramah di Masjid Banten Lama. Semua acara selesai jam 12 malam. Dan langsung memutuskan pulang ke Jakarta.

Di jalan tol saya menginjak gas. Rerata 130 km/jam. Saya ingin cepat sampai ke rumah. Di KM 54 itu tiba-tiba ada truk yang pindah lajur ke kanan. Padahal posisi saya tepat di kanan truk sialan itu. Reflek saya banting setir ke kanan, menghindari dipepet truk. Mobil melambung tak menapak aspal. Mobil saya terbanting dan koprol ‘terbang’ melewati pembatas jalan tol. Saya tak tahu berapa kali mobil koprol. Yang pasti kami sudah berada di lajur yang berlawanan arah, menuju Merak.

Saya langsung cari adik saya. Dia terlihat tergeletak tiduran di rumput pinggir tol. Terlihat ada sedikit luka di lengan kiri atas adik saya. Terkena pecahan kaca. Sedikit saja. Sedangkan saya, aneh bin ajaib, tak tergores sedikit pun. Padahal kami berdua tak memakai sabuk pengaman. Alhamdulillah.

Beberapa saat, datang mobil patroli polisi. Mereka akan mengevakuasi kami ke rumah sakit terdekat. Tapi di mobil polisi saya bilang tak perlu dibawa ke rumah sakit. Saya minta diantar ke Hotel Le Dian, Serang untuk istirahat. Anggota DPR Darmayanto menyusul ke hotel. Keesokan harinya, setelah bangun tidur, baru saya hubungi istri. Saya dijemput pulang ke Jakarta. Mobil yang rusak itu diderek ke kantor Polisi di Serang.

Sejak kejadian itu saya jarang nyetir mobil. Saya mencari sopir. Dan melarang Pak Sopir ngebut di tol. Sekarang maksimal cuma 100 km/jam. Dan berusaha selalu jaga jarak dengan mobil di depan. Selain itu, tiap kali melewati KM 54 tol Merak – Jakarta, saya bersalawat pada Kanjeng Nabi. Mungkin sebab Maulid Nabi di Masjid Banten Lama itu, kecelakaan parah itu tak sedikit pun menggores kulit saya.

Wallahu a’lam …

About Redaksi Thayyibah

Redaktur