Oleh: Cahyadi Takariawan
Jika rumah Anda sempit, tidak masalah. Justru menjadi kesempatan yang sangat bagus untuk menciptakan sebanyak mungkin momentum romantis bersama pasangan.
Mari kita tengok kehidupan Nabi saw bersama ‘Aisyah tercinta. Suatu malam, ‘Aisyah berbaring di hadapan Nabi saw yang tengah melaksanakan shalat. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari no 382 dan Imam Muslim 262. “Saya tidur di depan Rasulullah saw dan kedua kakiku berada di kiblatnya Nabi saw —yaitu di tempat sujud beliau. Jika Nabi saw sujud, maka beliau memegangku maka akupun melipat kedua kakiku, dan jika ia telah berdiri maka aku kembali menjulurkan kedua kakiku”.
‘Aisyah menambahkan, “Pada waktu itu rumah-rumah belum ada lampunya”.
Dari hadits di atas kita bisa mendapatkan banyak pelajaran dalam berbagai sisi. Salah satunya adalah sisi membangun romantisme dalam rumah tangga.
Nabi saw adalah sosok suami yang sangat lembut dan bijak kepada istri. Beliau memperlakukan para istri dengan sangat romantis, sebagaimana tampak dalam sangat banyak riwayat kehidupan keluarga beliau.
Romantis itu Melaksanakan Ibadah di Rumah
Pelajaran penting pertama dari kisah ‘Aisyah (Riwayat Imam Bukhari no 382 dan Imam Muslim 262), bahwa untuk membangun romantisme dalam rumah tangga, adalah dengan melaksanakan ibadah di rumah.
Meskipun kaum laki-laki dituntunkan untuk shalat lima waktu berjamaah di masjid, namun hendaklah tetap memiliki waktu untuk melaksanakan ibadah di rumah. Sebagaimana telah dicontohkan Nabi saw dalam hadits ‘Aisyah.
Hal ini agar rumah mendapatkan ‘hak’ untuk dijadikan sebagai tempat shalat. Bahkan Nabi saw menyatakan shalat di rumah sebagai ‘sebaik-baik shalat’. Nabi saw bersabda, “Shallu ayyuhannas fi buyutikum, fa inna afdhalash shalati shalatul mar’i fi baithi illal maktubah. Shalatlah kalian, wahai manusia, di rumah-rumah kalian, karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari, no. 731 dan Muslim, no. 781)
Ibadah yang dillaksanakan di rumah menciptakan suasana dan iklim ubudiyah, penghambaan diri kepada Allah. Suami dan istri sama-sama berada dalam ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan aktivitas untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya.