Oleh: Doni Riw
Bagi orang sekuler, masalah Palestina bukan masalah agama. Bagi mereka, masalah agama hanya soal ibadah saja. Politik, ekonomi, penjajahan, adalah urusan dunia. Bagi orang nasionalis, masalah Palestina adalah masalah Bangsa Plestina, bukan urusan bangsa kita. Urus saja urusan bangsa masing-masing.
Bagi muslimin, masalah Palestina meliputi tiga dimensi. Pertama, membela saudara muslim yang dijajah Israel. Muslimin seluruh dunia disatukan dengan aqidah, tidak ada batas bangsa. Satu terluka, semua membela.
Kedua, amanah menjaga Kota Suci. Masjidil Aqsa adalah kiblat pertama muslimin. Juga kota transit saat Rasul SAW Israk Mikraj.
Dimensi ketiga adalah Futuhat. Allah Ta’ala mengutus Rasul SAW untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Tidak ada sejengkal tanahpun yang luput dari perintahNya.
Dakwah Rasul SAW bermula di Makkah, dalam kondisi sebagai rakyat biasa. Mendakwahi keluarga dan sahabat, secara personal. Kemudian hijrah ke Madinah, dalam kondisi sebagai kepala negara. Sebagai kepala negara, Rasul SAW menyebarkan Islam dengan dakwah dan jihad, futuhat.
Sebagai kepala negara Daulah Islam Madinah, Rasul SAW mengirim surat dakwah ke Kaisar Romawi, Kaisar Persia, dan lain sebagainya. Rasul SAW juga memfutuhat Makkah, Ta’if, serta Khaibar.
Khalifah Umar memfutuhat Baitul Maqdis, begitu pula Salahudin Al Ayubi. Thariq bin Ziyad memfutuhat Spanyol. Alfatih memfutuhat Konstantinople. Walisongo membuka nusantara dengan dakwah. Sultan Agung memfutuhat VOC di Batavia. Tak sejengkal tanahpun di bumi ini yang tak boleh disentuh dakwah dan jihad. Termasuk tanah Palestina yang hari ini dijajah Israel.
Bagi muslimin, masalah Palestina jelas masalah Islam, masalah ukhuwah, masalah tanah suci, juga masalah futuhat.
Sekuleris dan nasional tidak suka dengan fakta ini. Mereka membujuk muslimin agar berpandangan seperti mereka; yaitu masalah Palestina buka masalah agama. Supaya apa? Supaya Israel tetap leluasa menduduki Palestina!