Oleh: Satria Hadi Lubis
Ini kisah tentang gerombolan tikus di sebuah pulau. Mereka senang memakan buah kelapa, hingga lambat laun, pohon kelapa di pulau itu makin sedikit. Penghuni pulau itu hampir putus asa.
Lalu didatangkan seorang ahli tikus. Dia segera membuat perangkap. Dipasangnya sebuah drum dengan umpan kelapa. Lalu berdatanganlah tikus-tikus yang kemudian terperangkap tidak dapat keluar dari drum.
Lambat laun, kelapa yang jadi umpan di dalam drum itu pun habis mereka makan. Akhirnya tikus-tikus itu saling memakan satu sama lain karena kelaparan.
Ketika tinggal tersisa dua ekor tikus, ahli tikus itu pun mengeluarkan keduanya. Penduduk bertanya, “Mengapa engkau keluarkan? Bukankah mereka kembali akan memakan pohon kelapa kita? ”
Dengan tenang ahli tikus menjawab, “Tikus-tikus ini sudah tidak akan memakan kelapa lagi. Mereka sudah terbiasa memakan tikus dan akan mencari sisa tikus di pulau ini”.
***
Dillon Danis, anggota tim petarung Connor McGregor, membuat heboh karena menyebut Khabib Nurmagedov sebagai “a f*cking muslim rat”. Umpatan yang kasarnya berlapis-lapis. Semua marah.
Namun soal “muslim rat” dan kisah tikus di atas, sepertinya ada korelasinya. Para ahli tikus, baik penjajah dan rezim sekuler, sukses membuat muslim saling memakan satu sama lain. Muslim hari ini tidak butuh orang luar untuk saling menyerang. Mereka sudah menjadi predator untuk muslim lainnya.
Sehingga ada anekdot:
“Communists hate capitalist”
(Orang komunis membenci orang kapitalis).
“Capitalists hate communist”
(Orang kapitalis membenci orang komunis).
“Moslems, they hate each other”
(Orang Islam, mereka saling membenci satu sama lain).
Tidakkah engkau berpikir? Wahai umat Muhammad saw bersatulah!