Oleh : Gus Nur
Ada salah seorang sohib, marketing juga, cerita pengalaman pribadinya. “Saya itu kalo jualan, barang saya kulak (beli) duluan lebih cepet habis daripada barang titipan (bon/ bayar belakangan).
Ada juga temen sekolah dulu, lihat saya enjoy di fb tiap hari pamerin gambar kopi di FB ikut-ikutan pengen juga.
“Bro, kopi mu tak jual ya. Saya dapat harga berapa?”
“Sekian, brad.”
“Oke tak transfer, aku ambil sekian.”
Habis saya kirim ternyata beberap hari lagi bilang,
“Bro barang habis. Tak transfer, kirim sekian yah.”
“Wokeeeey”
Dapet beberap hari lagi habis lagi. Call lagi transfer dan minta kiriman.
Dulu guru spiritual saya pernah nasihati. Kalo kamu pengen umroh/naik haji, niat yang serius, plus harus buka rekening haji. Niat saja gak cukup, harus ada bukti. Dan rekening ini sebaga buktinya. Walaupun isinya pas buka rekening cuma 200 ribu gak masalah. Allah nantinya akan menolong sesuai tingkat kesungguhan kamu.”
Dan beliau ternyata bisa umroh, walopun hitungan matematisnya nggak masuk akal dilihat dari pendapatan.
Sementara reseller saya sebenernya banyak. Dari dulu total 50 orang lebih. Tapi yang jalan hitungan jari yang biasanya transfer duluan n stock sendiri. Karena ada motivasi dia harus segera mengeluarkan barangnya biar uang cepet berputar.
Yang gak jalan itu bagian besar salah saya yang sistemnya terlalu longgar. Siapapun boleh jual gak pake modal gak pake syarat. Yang ini ternyata juga gak baik buat reseller saya sendiri, karena adanya modal itu merupakan isyarat dari kesungguhan.
Bahkan menuntut ilmu pun disyaratkan modal juga. Kalo dalam nadzoman (lagu) di pesantren dulu ada 6 syarat, dzaka’ (bisa mikir), harshin (sungguh-sungguh), shobrin (sabar), bulghotin (modal), irsyadu ustadzin (guru yg bisa menunjukkan), thulu zamanin (waktu yang lama).
Modal bagi penuntut ilmu jadi syarat ke-4. Maka sudah jadi sunnatullah/kebiasaan alami kalau orang-orang pinter itu dihasilkan dari bangku kuliah. Karena modal yang mereka keluarkan lebih banyak.
Man jadda wajada, barang siapa bersungguh-sungguh dia akan menemukan (hasilnya).
Barang siapa ngopi dipagi hari, juga akan menemukan kreatifitasnya. Barang siapa ngopinya sepanjang hari, akan terjaga semangatnya.