Oleh : Pipiet Senja
Aku (kanan) dan Tien Sumartini dalam sebuah aksi di Jakarta beberapa waktu lalu.Tiba tiba saja ada bom di sebelahku
Bom itu lantas berwujud makhluk
Berhati kodok dan berotak cebong
Semula kubiarkan saja apa maunya
Dia tebar pesona
Selfian di mana mana
Ngevlog dan viral semaunya
Seliweran di semua akunku.
Tiba tiba saja dia berubah lagi
Mewujud 9 Naga
Mereka menyebar
Ke pelosok negeri
Menyuap para petinggi
Mereka yang rakus dan ambisi.
Tiba tiba ada saja
Orang bilang aku radikal
Hanya karena suka
Menyuarakan kebenaran
Teriak lantang ketakadikan
Ikut aksi bela negeri bela Islam
Puncaknya 212 di Monas
Aksi Bela Islam nan cetar membahana.
Mèreka pun memburu barisanku
Padahal hanya emak emak berdaster
Yang hobi jualan cemilan online
Kuliner khas emak-emak
Tapi ada juga nyonya
Para veteran pejuang
Mulai dari prajurit
Hingga jenderal bintang cemerlang.
Aku hanya jualan buku inspirasi
Karya sendiri lumayan sudah ratusan
Jika era Orba jalanku enak nian
Era Reformasi berubah dahsyat
Meski harus kuakui
Era demokrat sempat jalan- jalan
Keliling pelosok negeri
Bahkan ke berbagai lintas negara.
Sampai aku bikin buku
Judulnya Orang Bilang Aku Teroris
Isinya tentang kisah perjalanan
Menyebar virus Literasi
Di kalangan BMI Hongkong
Kalau singgah di Victoria Park
Mereka bilang
Awas teroris datang
Maksudnya tukang teror menulis
Buku obat mengecoh toko buku
Mereka taruh di rak buku politik.
Zaman telah berganti
Kini hariku sudah senja
Mulai sering masuk ICU
Semakin sulit cari doku
BPJS pun banyak yang tak laku
Apakah harus menyerah?
Oh, tidak dan tidak!
Anak prajurit pantang menyerah
Anak pejuang 45 pantang mengeluh
Sebab kita sadari
Jika diam pun kita bakal mati
Maka lebih baik
Satu kata saja:
Lawan!
Sepertinya sudah saatnya pula
Aku harus bikin buku
Orang Bilang Aku Radikal
Baiklah kalau begitu
Merdeka!
Allahu Akbar!