Oleh : Abi Miqdam Asy Syathir
Masyarakat Indonesia baru saja digegerkan dengan seorang public figur yang meninggal secara tiba-tiba. Betapa kagetnya sang istri, keluarga, kerabat dan fansnya mendengar berita itu. Media memburu berita sebab kematiannya. Ada yang menduga kelelahan sehabis pulang dari Amerika, ada yang mengatakan karena serangan jantung dan ada yang menduga sebab meninggalnya karena sehabis olah raga crossfit, olahraga kegemarannya. Apakah ada yang disalahkan? Apakah lantas bisa kembali hidup kembali dengan mencari sebab kematiannya? Sekali kali tidak. Manusia hanya pasrah, jika ruh telah berpisah dari raga, berpamitan pergi meninggalkan tubuh yang atletis dan wajah yang tampan.
Terlepas dari sebab musabab itu semua, bahwa kematian telah bersilaturrahmi dengan sosok public yang ramai diperbincangkan. Lalu bagaimana sebenarnya mensikapi sebuah kematian? Apakah harus bersembunyi di tempat yang tidak bisa dimasuki malaikat maut? Ataukah kematian itu bisa dipesan? Apakah malaikat maut bisa disogok agar menunda mencabut ajal manusia? Tentu tidak ada yang mampu menahan, jika malaikat maut sudah datang. Keadaan, waktu, tidak akan dapat dikompromikan. Malaikat maut harus melaksanakan eksekusi yang telah dijadwalkan oleh San Khaliq, pemilik jiwa raga manusia.
Ada dua nasehat bagi manusia, pertama nasehat bersifat “bisa diucapkan”, seperti nasehat nasehat yang ada dalam Al Qur’an dan hadits. Kedua nasehat yang “tidak melalui ucapan” yaitu kematian.
Hikmah dari datangnya kematian adalah untuk muhasabah diri. Setiap jiwa akan merasakan kematian, dan kematian datang secara tiba-tiba, tidak bisa dikira, tidak bisa dipesan dan tidak bisa diakhirkan, tidak kenal pangkat, jabatan dan kedudukan. Apapun identitas seseorang, pejabat, pengusaha, public figur, ustadz, kaya, miskin, petani, pedagang, dewasa, remaja, balita, jika kematian sudah menghampiri, tidak ada yang bisa melindungi dirinya walaupun berada di tempat yang kokoh.
Tetapi sebelum dia datang, diawali dengan tanda tandanya sebagai utusan. Suatu ketika terjadi peristiwa di zaman nabi Ayyub. Beliau kedatangan malaikat sebagai tamu. “Nabi Ayyub bertanya kepada Malaikat; “kamu datang kepadaku untuk mencabut nyawa atau sedang bertamu. “Aku bertamu”, jawab malaikat. Lalu nabi Ayyub berkata kepada malaikat itu; “ nanti kalau kamu ingin mencabut nyawaku, tolong diberitahukan sebelumnya”. “Baik , jawab malaikat”
Suatu hari Malaikat datang ke nabi Ayyub . ditanyakan kepada malaikat; “kamu datang mau mencabut nyawaku atau bertamu? ”. jawab malaikat; “Aku ingin mencabut nyawamu”. Nabi Ayyub kaget. “Kenapa kamu tidak memberitahukan kepadaku sebelumnya?” tanya Nabi Ayyub. Kemudian malaikat berkata : “Aku sudah mengirim tanda tandanya. Pertama : uban. jika rambut sudah memutih berarti kematian sudah dekat. Kedua, badan sudah mulai lemah. Dan ketiga badan sudah membungkuk. Itulah tiga tanda tanda yang kukirimkan kepadamu”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok no. 7846)
Muhasabah diri terhadap kelalaian dan dosa, lalai dikala muda, belum banyak manfaat yang dilakukan, ibadah minim, waktu terbuang percuma, hura-hura dan foya-foya, apalagi berbuat kebaikan untuk orang lain sangat jauh, diri sendiri saja masih susah diajak kebaikan. Ketika sehat tidak pandai bersyukur, malas untuk ibadah, seakan menganggap badan kuat, tidak akan sakit. Ketika kaya malas berzakat dan bersedekah. Bakhil, pelit menjadi pakaiannya, tidak mau berbagi, dan tidak punya simpati dan empati. Egois dan tidak mau berkorban untuk orang. Waktu luang tidak diperioritaskan untuk meningkatkan kualitas hidup dan ibadah. Ya, muhasabah sangat diperlukan untuk meningkatkan kwalitas hidup menjadi berarti.
Pada kasus lain terjadi dialog beberapa nabi dengan malaikat maut. Sebagian nabi bertanya kepada malaikat maut. “Apakah tidak ada sebelumnya utusan kamu agar manusia waspada terhadap kematian. Jawab malaikat maut : “Ada, dan banyak sekali utusan utusan kematian sebelum kematian itu silaturrahmi. Sepert sakit fisik, psikis , tumbuh uban, tua renta, kurangnya pendengaran dan penglihatan. Jika seseorang tidak mengingat dan mengindahkan utusan itu, juga tidak bertaubat, nanti ketika aku mencabut ruhnya akan aku tanyakan, “Apakah belum datang utusanku dan pemberi peringatan kepadamu sebelum aku datang, malaikat pencabut nyawa?”
Sesungguhnya disetiap terbit dan terbenamnya matahari malaikat maut selalu mengingatkan. “Wahai kalian yang di usia 40 tahun, inilah waktu mencari bekal karena pikiran kalian masih fresh, anggota tubuh kalian masih kuat. Wahai kalian yang berusia 50 tahun, ini waktu kalian sudah dekat mengambil dan memanen hasil. Wahai kalian yang berusia 60 tahun, jika kalian lupa akan hukuman dan lalai menjawabnya, maka kalian tidak akan mendapatkan pertolongan.
Sebagaimana Allah berfirman
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.” (QS. Fathir : 37)
Sudah begitu banyak utusan kematian datang kepada kita; fisik sudah tidak kuat, rambut sudah memutih, Tubuh sudah tidak bisa memikul beban yang berat, pendengaran dan penghilatan sudah mulai berkurang. Penyakit silih bergantii pamit dan datang ke dalam tubuh kita. Semua itu ternyata bukan faktor alami saja tetapi adalah tanda tanda bahwa silaturrahmi kematian akan datang. Apakah kita sudah mempersiapkan untuk menyambutnya?