Perempuan cantik berhijab ini bernama Dr. Marwa El Sherbini, seorang apoteker kelahiran Mesir.
Pada saat usianya 32 tahun Marwa bersama anaknya yang berusia 3 tahun serta suaminy Elvi Ali Okaz hijrah dari Mesir menuju Jerman. Saat itu suaminya adalah kandidat Doktor di Max Planck Institute untuk Biologi sel molekuler dan genetik di kota Dresden.
Suatu sore, Marwa mengajak anaknya yang berusia 3 tahunh untuk bermain di taman di sekitar tempat tinggal mereka. Saat tengah bermain tiba-tiba mereka didekati seorang laki-laki bernama Alex Wiens, seorang pemuda Rusia (28 tahun) yang dianggap mengalami kelainan jiwa kronik psikologis. Alex Wiens berteriak dan mengatakan Marwa adalah seorang teroris. Sudah tentu Marwa kaget dan tidak bisa menerima tuduhan itu.
Marwa berusaha berbicara baik-baij tetapi laki-laki itu terus berteriak, memaki Marwa dan menuduhnya teroris dengan kata kata yang kasar, bahkan laki-laki jahat itu berusaha menarik kerudung yang dikenakan Marwa. Kejadian tersebut disaksikan oleh warga sekitar yang sedang berada di taman , tapi tak ada seorangpun yang berusaha menolong perempuan malang yang tengah hamil tiga bulan itu.
Pola pikir sebagian besar bangsa dan masyarakat Barat saat itu tengah terjangkiti oleh virus Islamophobia, mereka menganggap bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebencian. Akal pikiran mereka sudah sangat teracuni oleh peristiwa pengeboman menara WTC (menara kembar ) di Amerika (pada tahun 2001 ). Padahal sesungguhnya pengeboman itu adalah suatu konspirasi yang sagat busuk, yang dilakukan oleh mereka pembenci Islam untuk menistakan Dien ini.
Marwa kemudian menelepon polisi setempat untuk melaporkan kejadian tersebut. Tak lama beberapa mobil polisi mendatangi taman. Marwa menjelaskan duduk persoalan yang dialaminya, dalam permasalahan tersebut Alex Wiens dinyatakan bersalah karena telah menuduh Marwa seorang teroris. Dan dia harus membayar denda sebesar 380 Euro. Laki-laki jahat itu tidak terima, dia sakit hati dan terus menuduh Marwa seorang teroris, dan kata kasar lainya.
Kasus ini akhirnya di bawa ke pengadilan. Selama di pengadilan The Landgericht Dresden Marwa didampingi oleh anaknya yang berusia 3 tahun dan juga suaminya. Dalam persidangan tersebut Marwa memberikan kesaksian atas peristiwa yang dialaminya. Sementara, manusia jahat itu, terus meneriaki Marwa seorang teroris. November 2008, Alex Wiens dinyatakan bersalah, dan dikenai denda sebesar 780 Euro.
Sidang masih berlanjut. Pada tangggal 1 Juli 2009, manusia jahat itu memberikan kesaksiannya. Di hadapan hakim dan semua orang yang hadir dalam persidangan itu dia mengatakan, “Semua Muslim adalah teroris, begitu juga Marwa. Dan teroris harus segera angkat kaki dari kota ini”. Hakim memutuskan penghentian sidang tuk sementara.
Marwa bersama suaminya Elvi Aali Okaz dan anak mereka berjalan meninggalkan ruang sidang, disaat itu Alex Weins mengeluarkan sebuah pisau yang telah dipersiapkan dari rumah lalu bergegas menghampiri Marwa, dan menghujamkan pisaunya pada tubuh perempuan yang sedang hamil 3 bulan tersebut sebanyak 18 kali. Elvi Ali Okaz yang berusaha menolong istri nya juga terkena beberapa tusukan pada leher dan kepalanya. Saat itu ruang sidang mendadak gaduh dengan teriakan histeris dan situasi nya sangat kacau. Beberapa orang polisi segera menangkap Alex Wiens dan mengamankan ruang sidang.
Sementara beberapa orang lainnya berinisiatif tuk menolong Marwa dan suaminya. Mereka berdua segera dilarikan ke rumah sakit. Tapi terlambat, nyawa perempuan jelita berhijab yang tengah hamil tiga bulan itu tak dapat di selamatkan.
Marwa El Sherbini wafat di ruang sidang pada tanggal 1 juli 2009, setelah memberi kesaksian dalam mempertahankan dan membela hak hak nya sebagai muslimah. Sedang suaminya Elvi Ali Okaz, tak sadarkan diri dan sempat koma selama beberapa hari.
Jenazah Marwa di bawa Mesir. Lautan manusia menyambut nya, jutaan warga mesir turun ke jalan tuk menghadiri pemakaman syahidah Marwa el Sherbini. Sementara di Jerman sekitar 2000 orang warga Mesir dan warga asing memanjatkan doa untuk Marwa di masjid Dar Al Salam di kota Berlin.
Peristiwa kejam ini mendapat perhatian dari seluruh dunia, khususnya dunia Islam. Meskipun pemerintah dan media Jerman yang sangat rasisme telah berusaha untuk menutupinya.
Sejatinya Hijab bagi seorang Marwa el Sherbini adalah jati diri seorang Muslimah serta eksistensi perjuangannya. Karenanya tidak ada seorang pun yang pantas menghina ataupun menuduh seorang perempuan berhijab sebagai teroris.
(Dari Gandi yang dirangkum dari berbagai sumber, oleh Vera Masrura)