thayyibah.com :: Harapan agar Sekolah Sukma Bangsa di Kabupaten Pidie selalu melakukan simulasi bencana alam setiap enam bulan sekali disampaikan oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie Jamaluddin.
Hal itu didasari karena kawasan Provinsi Aceh dikenal rawan gempa bumi dan pernah terjadi gelombang tsunami maha dahsyat beberapa waktu lalu. Apalagi daratan di pesisir Selat Malaka itu berada diatas patahan lempengan bumi yang rawan gempa sehingga dikhawatirkan memicu gelombang besar tsunami.
Melalui simulasi itu diharapkan mampu mengurangi risiko bila sewaktu-waktu terjadi fenomena gempa bumi, gelombang tsunami, bencana kebakaran atau lainnya.
Sementara, Ketua Panitia Pelaksana Simulasi Penanggulangan Bencana dari Sekolah Sukma Bangsa, Nawalul Faizin, mengatakan, selama dua jam siswa/siswi diberi pelatihan cara menyikapi fenomena alam.
“Di awal simulasi dimulai bunyi sirene pertanda terjadi gempa bumi. Lalu siswa dipandu oleh gurunya untuk mencari tempat perlindungan seperti berlindung di bawah meja guna menghindari reruntuhan. Kemudian dievakuasi ke halaman depan selolah yang dianggap lebih aman” kata Nawalul Faizin disela-sela latihan atau simulasi upaya pengurangan risiko bencana alam yang digelar Sekolah Sukma Bangsa Pidie, Jumat (10/10).
Nawalul melanjutkan, pihaknya sudah memiliki peralatan pendeteksi gempa bumi dan fasilitas pemadam kebakaran sederhana. Dengan peralatan tersebut diharapkan dapat mengetahui lebih cepat dan bisa mencegah korban jiwa.
**Direktur Sekolah Sukma Bangsa Pidie, Marthunis Bukhari, mengatakan, simulasi dilakukan sebagai ikhtiar bersama bila sewaktu-waktu terjadi bencana alam.
“Aktivitas ini juga merupakan medium untuk mengedukasi seluruh warga sekolah agar menjadi individu dan komunitas yang siaga terhadap bencana,” tutur Marthunis.
Sumber: mediaindonesia.com