Oleh Inayatullah Hasyim (Dosen Universitas Djuanda Bogor)
Puncak dari segala puncak kenikmatan surga adalah melihat dzat Allah SWT. Betapa tidak, sebagai makhluk yang lemah, manusia diberi kesempatan melihat langsung dzat Maha Pencipta. Sedemikian indahnya pertemuan itu, sehingga Rasulallah ﷺ dalam shalat malamnya, pun sering sekali berdoa,
… وأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ ، فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ ، وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ
“….Dan aku meminta kepada-Mu (Ya Allah) kenikmatan memandang wajah-Mu (di akhirat nanti) dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu (sewaktu di dunia) tanpa ada mara bahaya dan fitnah yang menyesatkan”.
Tentu, syarat pertama melihat dzat Allah adalah masuk surga. Tiketnya tak mudah. Begitu banyak dosa yang telah kita lakukan. Padahal, kata Ibnul Qayyim, “Wahai para pencari surga. Sungguh, dengan hanya satu dosa, bapakmu (Adam) dikeluarkan dari sana; apakah engkau masih berkeyakinan masuk ke dalamnya dengan dosa-dosa yang belum lagi engkau bertaubat darinya?”
Namun demikian, Rasulallah ﷺ telah mengajarkan pada kita agar dapat melihat dzat Allah seterang purnama.
Pertama: Jagalah shalat bardain.
Diriwayatkan dari Jarir bin Abdullah, “Suatu malam, kami tengah bersama Rasulallah. Kemudian Rasulallah ﷺ berkata, “Kalian akan melihat Tuhan kalian seperti melihat bulan purnama itu. Tidak terhalangi (sedikitpun) dalam melihat-Nya”. Syaratnya? Rasulallah melanjutkan, (Yaitu) Jika kalian mampu untuk tidak dikalahkan dengan shalat sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam.” Rasulallah ﷺ kemudian membaca ayat
فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ
“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya)”. (QS Qaaf: 39).
Dalam riwayat lain disebutkan, dari Abi Musa al-Asya’ri, dia berkata, telah bersabda Rasulallah ﷺ, “barang siapa yang menjaga dua shalat bardain, niscaya dia masuk surga”. Ulama mengatakan, maksud shalat bardain adalah shalat Asar dan shalat Shubuh. Mengapa pentingnya kedua shalat tersebut, sebab di dua waktu itulah umumnya kita malas menunaikannya secara berjamaah.
Kedua: Bersikap Ihsan Dalam Beragama.
Apa itu ihsan? Yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah. Ihsan menjadi pintu untuk bisa melihat wajah Allah. Dengan bersikap ihsan seorang yang beriman akan senantiasa merasa diawasi oleh Allah dalam setiap ibadahnya. Kata Rasulallah ﷺ, sembahlah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jikapun tak mampu engkau melihatnya, yakinlah bahwa Allah selalu melihatmu.
Allah SWT berfirman,
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Bagi orang yang berbuat ihsan, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah).” (QS Yunus: 26). Para ulama menjelaskan, “ziyādah (tambahan) dalam ayat ini adalah dengan melihat wajah Allah di Surga”.
Sedemikian pentingnya bersikap ihsan, Rasulallah ﷺ bahkan mengatakan, “Allah memerintahkan berbuat baik (ihsan) terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.” (HR. Muslim)
Ketiga: Teruslah berdoa.
Apa doanya? Ya seperti doa yang dicontohkan Rasulallah ﷺ di awal tulisan ini. Bahkan boleh kita memohonnya dalam sujud akhir di shalat sunnah. Sebab, Rasulallah ﷺ, berpesan, “sedekat-dekat seoramg hamba dengan Tuhannya adalah saat dia bersujud, maka perbanyaklah doa (saat sujudmu itu)”.
Jadi, manfaatkanlah saat sujudmu itu dengan doa, memohon rahmat dan kasihnya, memohon pertemuan dengan-Nya. Sebab, kata Ibnul Qayyim,
اِعْلَمْ أنَكَ لَنْ تَجِد أحَنّ مِنَ اللهِ عَليَكَ، فَوَاللهِ لَوْ يَعْلَم السَاجِدُ مَا يَغْشَاهُ مِن الرَحْمَةِ بِسُجُودِهِ لَمَا رَفَعَ رَأسَه
“Ketahuilah (saudaraku) bahwa engkau tak akan pernah mendapatkan kasih sayang (dari siapapun) melebihi dari kasih sayang Allah padamu. Demi Allah, andai seorang yang tengah bersujud mengetahui bagaimana Allah menaburkan rahmat dan kasih sayangnya dengan sebab sujudnya itu, niscaya dia tak akan pernah mau mengangkat kepalanya”.
Wallahua’lam bis showab.