Breaking News
Enzo Zens Allie (Foto : Mojok)

Namanya Enzo Zenz Allie

Oleh : Setiawan Budi

 

Enzo Zens Allie (Foto : Mojok)

 

Anak muda yang berhasil tembus tes seleksi masuk TNI AD. Blasteran Perancis dan Sunda. Bisa lima bahasa asing. Keberhasilannya menembus tes seleksi TNI dan viralnya sebuah video percakapan dirinya dan panglima TNI dalam bahasa Perancis, membuat publik mencari tau sosok anak muda ini.

Dan…

Seperti biasa, jika dia dianggap satu paham maka akan dipuja. Namun jika dia berbeda akan diragukan dan dihujat atas apa yang pernah ia lakukan.

Akun sosmednya d bedah, bukan hanya dirinya, akun sosmed ibunya pun diperiksa untuk mencari tau siapa dia sebenarnya.

Ada sebuah foto dan ada sebuah dukungannya atas syariat agama dengan latar belakang Bendera Tauhid. Lalu, foto itu dianggap bukti bahwa ideologi Enzo bukanlah Pancasila dan meminta TNI mengkaji ulang keberhasilan Enzo menembus TNI. Ada penghakiman di sini dan lagi-lagi Bendera Tauhid dipersekusi sebagai bendera terlarang.

Dari berbagai literasi dan pemberitaan media, Enzo sangat religius. Pendidikan pesantren membuat nya menjadi pribadi yang mendukung syariat agama. Apakah melaksanakan syariat itu salah? Sebuah Bendera Tauhid menjadi pesakitan di negara ini.

Kibarkan bendera itu, bawa bendera itu maka kau akan dianggap sebagai GPK Papua yang mengibarkan Bendera Bintang Kejora. Luar biasa dungu otak mereka.

Belagak peduli bangsa, belagak melindungi bangsa tetapi tak paham konstitusi negara. Bangsat, dungu dan vedebah…!!!

Enzo lolos tes yang dilakukan oleh TNI, ada psikotes, pemahaman ideologi bangsa, dan lain sebagainya dia lewati dengan angka yang brilian. Kapuspen TNI Mayjen Sisriadi mengatakan, Enzo telah berhasil melewati berbagai seleksi TNI, termasuk bidang ideologi. Hasilnya, Enzo cinta Pancasila dan Indonesia.

“Dalam sistem seleksi TNI ini kita ada namanya seleksi mental ideologi. Itu seleksi yang pertama, ada pertanyaan tertulis, kita juga telusuri aktivitas dia di media sosial, terus diadakan wawancara. Jadi itu sudah kita lakukan semua,” kata Sisriadi lewat keterangannya.

Dalam serangkaian ujian, Enzo sudah berhasil menunjukkan bahwa ia tidak seperti yang di tuduhkan. Jika percaya pada negara ini, jika paham aturan di negara ini seharusnya kita menerima bagaimana proses yang dilakukan dalam pencalonan TNI. Jika TNI katakan dia lolos, maka tuduhan HTI pada diri Enzo seharunya telah usai.

Seorang teman pernah kecewa saat membahas sosok Jokowi mengenai silsilah dirinya, meragukan tentang nama orang tua dan sejarah ia dengan partai yang terlarang.

“Harusnya ia di periksa dulu, harusnya ia tidak bisa di calonkan karena terbukti keturunannya tidak jelas dan itu berbahaya bagi negara ini andai ia jadi presiden. Siapa tau dia adalah sebuah utusan atau mata-mata partai terlarang itu..”

Banyak obrolan seperti itu seliweran di WA grup, inbox dan juga komentar dalam koment sosial media. Jika kita memanasi, maka akan panas. Namun jika kita menengahi dan mengambil kesimpulan atas masalah itu, maka selesai perkara.

Sebagai calon, sudah ada verifikasi pada sosok Jokowi mengenai data diri dan orang-orang terdekatnya. Jika KPU sudah menyatakan ia lolos sebagai calon, lalu buat apa kita berdebat lagi jika sudah ada pihak yang berwenang memeriksa data beliau?

Walau ada sedikit pihak yang kecewa, namun secara umum tetap diterima putusan KPU dan obrolan tentang hal itu saat ini mulai berkurang menekankan kita taat pada aturan yang berlaku.

Jika untuk Jokowi saja kita percaya pada KPU atas verifikasi data saat pencalonan, mengapa seorang Enzo malah diragukan ketika TNI telah melakukan verifikasi data dan juga serangkaian tes yang menyatakan ia adalah Pancasila sejati?

Enzo hanya masyarakat sipil biasa, tidak ada kekuatan bagi dirinya untuk mengatur hasil tes. Dia bukan orang kaya yang bisa berlaku apa saja, misalnya menyuap panitia penerimaan agar diloloskan. Harusnya, mereka yang terbiasa menuduh bisa berlaku bijak dan menerima hasilnya bahwa Enzo adalah lulusan terbaik diseleksi TNI AD.

Obrolan mengenai terpapar HTI seharusnya tidak ada lagi kala ia mengikuti pelatihan prajurit TNI saat ini. Justru ia-lah yang akan membela negeri, menjadi pembela sebenarnya dibandingkan congor-congor biadab di luar sana.

Loreng yang digunakannya loreng asli, bukan loreng pucat ala anak PAUD karnaval. Latihan yang dilakukannya bukanlah latihan Diksar ala anak Pramuka dalam halang rintang. Peluru yang ditembakannya adalah peluru asli, bukanlah berupa bunyi dor dari mulut kala melihat musuh datang. Yel-yel yang ia lakukan adalah sebuah mars yang menggetarkan jiwa prajurit, bukan yel-yel jumareka mereketehe. Hentakan kakinya adalah hentakan semangat menjaga negeri, bukan hentakan pantat yang menggoyang biduan dangdut di atas panggung

Jadi buat bangsat-bangsat yang ada di luar sana, yang masih mabuk dengan cerita Khilafah dan menuduh jahat pada Bendera Tauhid, sini lu…maju satu-satu.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur