thayyibah.com :: Hal yang harus kita perhatikan sungguh-sungguh adalah kebohongan yang dilakukan anak-anak. Dan ini akan memakan waktu sangat lama sebelum kita bisa mengatasi kebohongan itu. Anak-anak suka berbohong dan mereka mengelak dengan mengatakan bahwa mereka tidak bohong. Mereka berkata “Aku tidak mengatakannya! Aku bersumpah!” Anda berkata “Tapi mama ada disana mendengarmu mengatakannya.” Dia mengelak, “Tidak.” Anda berkata “Aku merekamnya. Ini videonya.” Dia tetap mengelak “Aku tidak mengatakannya. Sumpah tidak.” Mereka menonton videonya dan tetap tidak mau mengaku.
Anda tahu kenapa itu terjadi? Itu terjadi karena ketika pertama kali mereka berbohong, dan saat itu mereka mengakui kebohongannya, namun anda langsung membentak mereka. Jadi ketika pertama kalinya anda meminta mereka berkata jujur dan anak anda mengakuinya, anda pun langsung memarahinya. Akhirnya mereka berpikir bahwa ketika mereka ketahuan berbohong, mereka akan dimarahi. Itulah mengapa mereka tidak mau mengakui kesalahan mereka lagi.
Jadi yang pertama anda harus menghentikan itu. Anda tidak boleh memberi hukuman tambahan atas sesuatu yang telah terjadi, yang telah membuat anda marah. Jadi sang ibu marah karena anaknya berbohong, atau karena anaknya melakukan sesuatu yang buruk. Kemudian dia marah karena anaknya berbohong tentang hal itu. Kemudian ibunya marah karena ketika dia berkata “Katakan sejujurnya, aku memberimu satu kesempatan lagi padamu, apakah kau melakukannya?” Anaknya menjawab “Tidak.”
“Oke, aku akan bertanya sekali lagi sebelum aku memberitahu ayahmu. Sekali lagi.”
“Aku tidak melakukannya, tidak melakukannya, tidak melakukannya.” Kemudian anaknya masuk kamar dan menangis.
“Aku tidak melakukannya, tidak melakukannya.” Dia terus berkata begitu. Dan anda pun bertanya-tanya: “Bagaimana caranya mengatasi ini?” Dan anda berkata “Aku tahu kau melakukannya. Kau bahkan membuatku lebih marah lagi.” Dan ketika anda menjadi lebih marah, anak anda menjadi lebih defensif tidak mau mengaku. Pada akhirnya anda pun menjambak-jambak rambut anda. Ketika suami anda pulang, anda berkeluh-kesah “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan anak ini. Dia berbohong tapi tidak mau mengaku.” Dan suami anda bertanya “Apakah kamu berbohong pada ibu?” Si anak menjawab “Tidak.” Dia tetap tidak mau mengaku.
Bagaimana kita mengatasi hal ini? Yang pertama harus dilakukan adalah anda harus mempercayai anak anda, meskipun anda tahu dia berbohong. Katakanlah “Aku percaya padamu. Dan kamu tidak akan berbohong padaku. Kamu berjanji kemarin bahwa kamu tidak akan berbohong.” Dan teman-temannya yang lain langsung “Tapi dia bohong tante?!” Katakan pada mereka “Aku mempercayainya. Tidak apa-apa, dan kalian juga tidak berada dalam masalah…”
Dan biarkan anak anda berbohong seperti itu 3 atau 4 kali. Tebak apa yang akan terjadi. Anak-anak secara alami tidak jahat. Kebaikan adalah sifat alami mereka. Jadi ketika mereka melakukan suatu hal yang buruk, dan anda tidak menghukumnya, maka mereka punya kesempatan untuk bertanya pada hati nurani mereka.
Jika anda menghukum mereka karenanya, maka mereka tidak menanyakan hati nurani karena mereka telah mendapatkan hukuman atas hal itu. Ketika mereka mendapat hukuman, mereka tidak menyesal, karena mereka melakukan suatu keburukan dan mereka telah membayar harganya. Pilih-pilihlah, anda tidak perlu menghukum mereka setiap kali berbuat salah. Katakanlah “Aku percaya padamu. Kamu tidak melakukannya. Aku tahu temanmu pasti salah paham. Jadi tidak apa-apa, kamu tidak dalam masalah.”
Anda tahu apa yang akan terjadi seiring berjalannya waktu? Pada akhirnya anak anda akan menghampiri anda dan berkata “Mama, aku ingin memberitahumu sesuatu. Aku sebenarnya yang melakukannya.” Ketika anak anda sudah mengakuinya, maka tenangkanlah dan nasihati dirinya. Katakan padanya “Tak apa-apa kok… Aku masih mempercayaimu.”
Dan apa yang anda lakukan ini akan menjauhkan sifat defensif seorang anak. Tapi butuh waktu lama untuk berhasil melakukan ini. Anda tidak akan berhasil melakukan ini pertama kalinya. Memang kadang terasa sulit untuk memaafkan kebohongan anak-anak kita ya? Terlebih lagi jika mereka menyakiti anak orang lain. Dan anda harus memanggil anak yang disakiti anak anda, dan bicaralah padanya “Aku juga mempercayaimu. Aku tidak marah padamu. Dan aku tahu dia melakukan sesuatu yang salah, tapi kau tidak boleh merasa senang jika dia mendapat hukuman.”
Itu juga harus diperhatikan. Ada anak yang senang melihat anak lainnya kena hukuman. Dan mereka menjadi terbiasa dengan itu. Pada suatu hari, keluarga saya baru saja kembali dari Skotlandia. Dan anak saya yang paling kecil menghampiri saya dan berkata “Kau tahu ayah, temanku menarik telingaku waktu itu.” Saya berkata “Kapan?” Dia berkata “Tidak tahu, pokoknya pernah.” Saya bertanya “Kamu mau aku melakukan apa?” “Hukum dia”, katanya. Saya tanyakan, “Apakah itu membuatmu senang.” “Iya”, jawabnya.
Terkadang anak-anak melakukan itu, mereka senang melihat anak lainnya dihukum. Dan anda juga tidak mau hal itu terjadi. Namun dengan balita, dengan anak umur 2-3 tahun tidak mengapa, karena anda ingin membuat mereka tertawa. Misalnya anda memanggil anak yang lebih tua dan berpura-pura menamparnya beberapa kali, dan anda memintanya untuk berkata “Aw!” Jadi dia berakta “Aw! Aw! Sakit.” Lalu anda dengan bercanda bertanya pada anak anda yang balita, “Apakah sekarang kau senang?” “Ya, aku senang, hehehe!” Itu tidak mengapa. Tapi dengan anak-anak yang lebih tua, jika mereka senang ketika anak lain dihukum, maka itu adalah masalah. Itu adalah kelakuan yang patut dihukum.
Tanyakan padanya “Kenapa kau senang? Apa untungnya bagimu?” Jadi kebohongan adalah proses jangka panjang untuk menyembuhkannya. Anda tidak bisa menghapuskan kebohongan dari diri seorang anak dengan cepat. Terlebih lagi karena mereka tidak lagi menganggapnya sebagai kebohongan. Mereka hanya melihatnya sebagai cara menyelamatkan diri. Dan ketika anak-anak sering berbohong, anda tahu apa yang terjadi? Mereka lama-lama bisa mempercayai kebohongan itu sendiri. Mereka menjadi seorang pemain sandiwara yang suka berbohong.
Oleh: Ustad Nouman Ali Khan