Breaking News
Pertemuan UAS dan Prabowo yang kemudian dipermasalahkan (Foto : Istimewa)

UAS vs KASN, Bola Api Demokrasi

 

Oleh: Saidul Tombang

 

Pertemuan UAS dan Prabowo yang kemudian dipermasalahkan (Foto : Istimewa)

 

Ustadz Abdul Somad (UAS) kembali dikeker. Wajahnya masuk target tembak Komisi Aparatur Sipil Negara alias KASN. Melalui sepucuk surat, Rektor UIN tempatnya mengajar, diperintahkan memeriksa UAS karena sudah berjumpa dengan Prabowo Subianto; sang calon presiden.

Sepucuk surat itu seperti sejuta sembilu. Menyayat daging muda di pelipis mata. Ditaburi cuka; dibiarkan menganga. UAS dinilai tidak netral. UAS berpihak. UAS merusak sistem demokrasi. Sebelumnya, UAS juga difitnah mempunyai wanita simpanan dan dapat hadiah rumah megah karena mendukung Prabowo.

Surat usulan pemecatan UAS yang beredar (Foto : Istimewa)

Nyesss… sepucuk surat itu menambah deretan scene tak menarik drama demokrasi negeri ini. Adakah pertemuan UAS dan Prabowo lebih penting dari 500 lebih panitia KPPS dan petugas lainnya yang meninggal? Atau tentang C1 salah input berpuluh atau beratus kali? Atau tentang puluhan kepala daerah yang deklarasi mendukung salah satu calon? Atau tentang ‘pengeroyokan’ oknum media televisi dengan versi quick count cacatnya?

 UAS adalah pribadi biasa. Bukan untouchable. Bukan superbody. Tapi apa yang dibuat KASN itu seperti mengundang sejuta benci. Mengundang sejuta ketidakpercayaan pada proses demokrasi negeri ini. Yang pada akhirnya itu akan menjadi peluru yang akan menghantam dinding tirani sebuah kepentingan yang berselindung di balik demokrasi.

 Lalu, kita teringat pada Gorbachev di Unisoviet. Pada people power yang hampir gagal. Saat moncong meriam diarahkan tentara, atas perintah penguasa, agar membunuh rakyatnya. Pada saat itulah akal sehat tentara akan berkata; bahwa ada yang tidak benar dengan pemimpin negara ini. Dan, moncong tank baja pun berputar arah ke istana. Tentara berteriak; kami tak mungkin menembak rakyat. Kami sudah muak dengan perintah yang tidak didasari akal sehat.

 UAS adalah ulama. Dengan atau tanpa jabatan ASN pun dia sudah siap sedia. Bahkan, calon wakil presiden pun dia tolak. Sudah lama putus urat takutnya. Sudah lama tamat makrifatnya. Sebagai Ongku Irsyad di Thariqat Naqsabandiyah, UAS takkan surut pada pembelaannya terhadap agama.

 Dan harus diingat. Darah ulama itu beracun. Hati-hati menumpahkannya kalau Anda tak ingin mati setelahnya.

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur