thayyibah.com :: Menjadi seorang wanita karier memang terdengar menyenangkan. Selain memiliki penghasilan sendiri setiap bulannya, wanita karier juga lebih bisa mandiri sehingga tidak harus bergantung dengan orang lain. Hal itu pula yang terjadi pada seorang ibu dalam keluarganya, yaitu Ibuku.
Seperti para ibu hebat di belahan dunia mana pun yang sudah mengandung dan melahirkan anaknya, Ibuku juga seorang Ibu yang luar biasa. Sebagai seorang pendamping Ayah, Ibu sudah menjadi seorang istri sekaligus Ibu yang penuh belas kasih.
Dengan segala keterbatasannya, Ibu selalu berusaha mengasihiku dengan cara yang sempurna. Kepada Bapak, Ibu adalah seorang istri yang sangat patuh. Meski memiliki tanggung jawab sebagai seorang pendidik di sebuah sekolah dasar milik negara, Ibu tidak pernah melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan Ibu di rumah.
Dengan begitu Ibu harus memutar otaknya untuk membagi waktu dengan baik. Jika setiap pagi tugas para ibu rumah tangga hanya sebatas merapikan rumah dan menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya, maka Ibu lebih daripada itu.
Setelah merapikan rumah dan perut suami serta anak-anaknya terisi penuh, Ibu bergegas mempersiapkan diri pergi mengajar anak-anak didiknya. Usai melaksanakan pekerjaan mulianya itu, Ibu kembali ke rumah dan segera melanjutkan segudang pekerjaan rumah yang sudah menunggunya sejak ia pergi mengajar.
Setelah pekerjaan rumah tangganya rampung, Ibu tak lantas mengistirahatkan dirinya. Ibu justru kembali melanjutkan pekerjaan yang ia bawa dari sekolah ke rumah. Tidak jarang Ibu membawa ke rumah tugas-tugas yang seharusnya ia selesaikan di sekolah demi bisa tiba di rumah lebih awal.
Rasa lelah dan penat yang menggelayuti tubuhnya tak pernah ia hiraukan. Kendatipun diminta untuk istirahat beberapa saat saja, ia tak akan berhenti. Namun demikian, Ibu selalu menganggap semua lelahnya merupakan rezeki yang begitu nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Kini usia Ibu kian menua, rambut hitamnya mulai memutih, bahkan garis-garis halus di wajahnya semakin jelas terlihat manakala ia menyunggingkan sebuah senyuman. Ibu masih setia pada rutinitasnya itu. Di sela kesibukannya, Ibu selalu menegaskan kepadaku agar tidak hanya menjadi seorang istri dan ibu yang baik di dapur.
Ia juga menjelaskan saat ini wanita memiliki kesempatan yang sama dengan pria dalam bebagai hal. Untuk itu aku sudah belajar banyak dari pelajaran yang selama ini tidak sengaja Ibu ajarkan. Semoga kelak aku bisa menjadi seorang istri sekaligus ibu yang bisa dibanggakan seperti Ibu.
(dakwatuna.com/hdn)