Oleh: Choirul Aminuddin, Wartawan SWARAMU

ALI ini, Israel merasakan betapa getir perang melawan Iran. Adu senjata singkat dengan negara berjarak 1000 kilometer lebih itu, ternyata membuat Israel malu sehingga memilih gencatan senjata sepihak.
Pertahanan udara yang dibanggakan selama ini, Perisai Langit alias Iron Dome, ternyata lumpuh ketika berhadapan dengan teknologi “murah” Iran yakni Drone Kamikaze.
Bukan hanya itu, kendati konflik bersenjata berlangsung 12 hari, namun langkah brutal yang dilakukan negeri zionis tersebut berdampak tidak hanya pada situasi politik dalam negeri, melainkan juga aspek ekonomi.
Sejumlah media, terutama dari Iran, menyebutkan, kerugian ekonomi yang dialami Israel mencapai US$3 miliar atau setara dengan Rp 48,8 triliun saat perang bulan lalu. Menurut laporan Fars News Agency, ekonomi Israel bakal bangkrut setelah kilang minyak Haifa meledak dihantam bom.
Pengolah minyak di Haifa, kantor berita AFP melaporkan, terpaksa berhenti produksi hingga Oktober 2025. Akibatnya, Israel menderita kerugian Rp 75 miliar per bulan.
“Israel terpaksa harus mengimpor minyak dengan harga lebih tinggi. Ini menjadi faktor tekanan keuangan yang sangat serius,” tulis The Times of India.
Kebangkrutan ekonomi Israel tidak hanya bersumber pada puluhan kilang minyak yang hancur lebur, melainkan juga harus membangun kembali infrastruktur negara: jalan, jembatan, aliran Listrik, gedung pemerintah, pelabuhan, pangkalan militer, dan fasilitas umum lainnya. Bahkan, gedung dinas rahasia Mossad lulu lantak setelah dihujani bom pintar Iran. Fakta ini dibenarkan oleh media independen Israel, The Jerusalem Post.
Israel juga dipermalukan dengan sistem pertahanan udara Iron Dome yang tak sanggup bekerja maksimal ketika harus menangkis serangan peluru kendali negeri kaum Mullah. Israel, pengakuan IDF (Israeli Defense Forces) menyebutkan, menerbangkan lebih dari 1000 sistem peluru kendali darat ke udara atau disebut dengan Iron Dome untuk mencegat gempuran Iran. Namun, hasilnya nyaris nol.
Bayangkan, untuk memproduksi satu Iron Dome, menurut lembaga kajian Pusat Studi Strategis dan Internasional berbasis di Washington, Israel harus merogoh kocek US$50 ribu atau setara dengan Rp 800 miliar.
Sementara itu, saat berperang melawan Iran, Israel meluncurkan lebih dari 1000 Iron Dome. Teknologi yang dikembangkan oleh Lembaga Pertahanan Udara Israel dengan bantuan Amerika Serikat senilai Rp 26 triliun tersebut ternyata lunglai.
Israel boleh bangga menyatakan bahwa Iron Dome sanggup mencegat serangan roket Hamas yang diterbangkan dari Gaza, Palestina. Sebab, kemampuan Iron Dome hanya mampu intercept tembakan mortir dari jarak empat hingga 70 kilometer. Tapi, bagaimana saat Israel mendapatkan kirim misil balistik Iran: Shahab atau Sejjil dari jarak lebih dari 1000 kilometer? Jawabnya, “Tak berdaya!”
Saya tidak bisa membayangkan, betapa serius kondisi yang akan dihadapi oleh Israel. Negeri zionis tersebut bakal terhapus dari peta bumi jika ingin berperang dalam jangka panjang, katakanlah setahun atau dua tahun, melawan Iran.
Beruntung Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersedia menerima bujuk rayu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melakukan gencatan senjata sepihak. Bila tidak, tunggu saja saat kehancurannya.
Apakah Israel masih congkak, arogan, serta menepuk dada ketika menaklukan Suriah, Yodania, dan Mesir dalam Perang Enam Hari untuk mencaplok Dataran Tinggi Golan. Itu catatan sejarah 1967. Sekarang, sejarah telah berubah.
Israel, kalian jangan silap. Di Timur Tengah, masih ada Iran yang sanggup membela kepentingan rakyat Palestina. Moncong senjata, kekuatan pasukan darat dan udara kalian, silakan difokuskan pada upaya melumat perjuangan bangsa Palestina di Gaza. Tapi ingat, ada Iran yang telah membuat negara Anda rata dengan tanah, berada di barisan perjuangan mereka.
Saya minta kepada siapapun yang kelak memimpin Israel -setelah Benjamin Netanyahu terdongkel- untuk lebih ramah di Timur Tengah.
Hentikan nafsu memperluas wilayah dengan mencaplok tanah bangsa Palestina. Ingatlah, kebengisan yang Anda umbar bakal membuat kerugian tak terkira. (ca)
Tanjung Priok, 8 Juli 2025
Semua tanggapan:
1414
13 komentar
Suka
Komentari
Bagikan
Paling relevan
Thayyibah