Breaking News

Berkumpul dengan Orang Shalih

Oleh : Davy Byanca

Sahabat sufiku.

COBA KITA amati baik-baik, peristiwa yang menyakitkan itu, sejatinya ia tidak akan benar-benar pernah pergi. Yang berubah hanyalah cara kita meresponsnya. Sebab setiap luka pasti akan menorehkan goresan. Yang berbeda bisa jadi suasana hati, reaksi otak terhadap emosi, dan sikap yang kita pilih untuk memulai bab baru dalam hidup. Aku ingat pesan Murabbi-ku, ‘Untuk setiap masalah yang menyapa, terdapat pesan berharga tentang butuhnya hati untuk ditenangkan, dengan kembali mengingat kebesaran Sang Pencipta’. Di saat hati sedang lara, kalimat beliau selalu menyapa menghibur hati.

AKU BERSYUKUR selama di dunia ini mengenal maragam-ragam manusia; dari pejabat, politisi, anggota dewan, makelar, pengusaha, tukang tipu, tukang parkir, preman pasar, ustadz dan para shalih. Dari profesi tersebut -di samping rekan Advokat, aku cukup lama bergaul dengan circle orang-orang shalih. Circle ini tentu bukan berarti identik dengan circle malaikat yang tak pernah punya salah dan masalah. Jika itu ekspektasi kita, maka ketika di dalam perjalanannya tahu-tahu ada satu-dua orang yang punya masalah, biasanya kita langsung men-judge ‘ahh semua orang sama saja ..!’

KETIKA ADA yang tanya, ‘kenapa mesti sabar dengan circle shalih meski kadang ada yang kecewa?’ Syaikh Ibnu Asur menjawab, ‘sebab mereka tunduk menerima perintah Allah, maka mereka yang paling layak untuk dijadikan orang dekat dan sahabat’. Mereka memang bukan kelompok manusia suci tanpa dosa, tapi dalam komunitas seperti itu yang terasa sangat adalah; rasa saling mengingatkan, menasehati dan mendoakan. Selisih dan bersitegang tentu saja ada. Itu sebabnya Rasulullah saw memberi kaidah, kalau lagi bertengkar jangan tak bertegur sapa lebih dari 3 hari. Kerana kebencian tidak akan mampu mengalahkan cinta bagi mereka yang selalu melihat Tuhan dalam setiap pandangannya.

SOBAT, setiap malam kita pergi tidur tanpa jaminan akan hidup keesokan harinya. Tapi tetap saja kita pasang alarm untuk bangun, bersujud di keheningan malam. Dan kita hidup dan diberikan nafas pada pagi ini bukan untuk sambung dosa semalam, tapi agar diberi kesempatan untuk meraih ampunan dan ridho-Nya. Tetiba kangen ngumpul lagi sama para sahabat awal Azzikra. Pada kemana sih pade … ?

Demikianlah ☕

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.