Oleh: Choirul Aminuddin
Silang pendapat mengenai siapa yang pantas mendampingi Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, dalam pertarungan pemilihan presiden 2024 berkembang terus. Perkembangan itu menyusul deklarasi Partai Nasional Demokrat dan Partai Demokrat yang menyatakan mendukung Anies sebagai calon presiden 2024. Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera segera menyatakan dukungannnya terhadap Anies.
Sejak itu, suara yang menyeruak ke ruang publik terus mengalir. Masyarakat menginginkan Anies Baswedan dipasangkan dengan orang-orang terbaik di negeri ini. Di antara mereka adalah Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansyah, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono dan Ahmad Heryawan dari Partai Keadilan Sejahtera. Bahkan, muncul kemauan ekstrim yakni menginginkan Puan Maharani dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjadi calon wakil presiden Anies.
AHY –sapaan Agus Harimurti Yudhoyono- yang sebelumya diisukan ngotot ingin menjadi wakil presiden, mengatakan kepada wartawan, dia menyerahkan sepenunhya keputusan itu kepada partai koalisi mengenai calon pendamping Anies. Sikap ini sebelas dua belas dengan Surya Paloh yang memimpin Partai Nasdem.
Selain nama-nama tersebut di atas, muncul pula “debutan baru” berlatar belakang militer yaitu Gatot Nurmantyo dan Muhammad Andika Perkasa.
Keduanya berpangkat Jenderal purnawiranan dan sama-sama mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia. Gatot menjabat sebagai Panglima TNI pada 2015-2017. Sedangkan Andika menjadi orang nomor satu di TNI pada 2021-2022.
Keinginan masyarakat, terutama pendukung Anies, sangat sah untuk berspekulasi siapa pendamping junjungannya. Meskipun yang paling berhak menyatakan secara resmi adalah partai koalisi, namun publik sepertinya tidak sabar menyampaikan desakannya agar Anies segera memilih salah satu pasangan yang disodorkan untuk bertarung pada pemilihan presiden 2024.
Dari sekian nama yang disodorkan publik, saya berpendapat, calon wakil presiden yang paling tepat mendampingi Anies berasal dari luar partai pengusung.
Alasan saya, agar di antara partai pengusung tidak berebut memunculkan nama kader partai, atau tidak bertahan pada ego masing-masing sehingga dapat merusak konstelasi perjuangan Anies.
Calon dari luar partai koalisi, saya yakini bisa menjadi perekat persekutuan politik: Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS.
Satu lagi, menurut saya, wakil Anies harus orang tegas, kuat dan paham pada nilai-nilai kebangsaan. Mengapa begitu? Sebab Indonesia terletak di antara dua benua: Asia dan Australia. Negara-negara yang berada di kawasan ini memiliki kepentingan sangat kuat terhadap Indonesia, baik secara politik, ekonomi maupun keamanan.
Fakta lain adalah posisi Indonesia terjepit oleh dua kepentingan besar yang tak terbantahkan yakni Timur dan Barat. Untuk wilayah Timur diwakili oleh Cina, sementara di belakang kepeningan Barat adalah Amerika Serikat beserta sekutunya. Nah, siapa yang pas menduduki pos wakil presiden guna menghadapi berbagai kepentingan negara-negara di Timur dan Barat? Sekali lagi saya katakan, dia adalah orang yang tegas, kuat dan berpengalaman menghadapi situasi tersebut.
Saya melihat, dia berasal dari kalangan militer. Pendapat saya ini bukan berarti menafikkan kemampuan sipil. Tetapi, dalam kondisi negara seperti ini, orang berlatar belakang militer sangat diperlukan. Pada sisi lain, Anies telah menyampaikan kriteria wakil presiden yang diinginkan di depan pendukungnya yakni secara chemistry harus dwitunggal, dapat menjaga stabilitas terhadap dukungan partai koalisi serta sanggup bekerja efektif dalam pemerintahan
Kriteria ini mesti dipahami oleh partai koalisi agar supaya dapat menyodorkan calon wakil presiden yang sejalan dengan Anies sehinga, kelak, pemerintahannya tidak pincang. Namun demikian, siapapun yang disodorkan publik pendukung, mari kita percayakan kepada Anies dan partai pengusung untuk memutuskan siapa calon wakil presiden yang dijagokan pada pemilihan presiden 2024. Bismillah, semoga Anies dan wakilnya berjaya!