Oleh: Joko Intarto
Para peserta tetap Muktamar Muhammadiyah ke-48 berkumpul di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk memilih ‘’Dewa 13’’ yang menentukan perjalanan Persyarikatan lima tahun ke depan. Beberapa penggembira membuat ‘’muktamar perjuangan’’ di Wedangan Gareng untuk menunggu pengumuman siapa yang terpilih menjadi ‘’Dewa 13’’. Saya salah satunya.
Harapan terhadap nama nakholda baru Muhammadiyah hasil Muktamar ke-48 di Wedangan Gareng Jumat malam 19 November 2022 itu akhirnya terwujud. Pasang ketua umum dan sekretaris umum sebelumnya terpilih lagi. Apalagi Prof Hilman Latief masuk dalam barisan ‘’Dewa 13’’. Makin lengkaplah kebahagiaan para peserta ‘’Muktamar Gareng’’ itu. Alhamdulillah.
Prof Dr Haedar Nashir dan Prof Dr Abdul Mu’tie memang pasangan pemimpin kapal induk Muhammadiyah yang pas. Bolehlah mereka digelari ‘’Duet Maut’’. Tujuh tahun masa kepemimpinan mereka – termasuk perpanjangan dua tahun karena pandemi Covid-19 – membuktikan: Gerakan dakwah Muhammadiyah berkembang ‘’on the right track’’.
Di dalam negeri, dakwah Muhammadiyah semakin menjangkau hingga ke pelosok wilayah terluar, terdalam, terisolasi dan tertinggal. Di luar negeri, Persyarikatan yang berdiri pada 1912 itu menyebar ke berbagai negara. Muhammadiyah terus mempromosikan Islam yang berkemajuan melalui institusi pendidikan seperti di Malaysia, Australia dan Mesir. Ke depan tentu akan lebih banyak lagi: Termasuk Korea Selatan dan Spanyol.
Tak kurang-kurang pujian yang datang. Termasuk Presiden Joko Widodo yang memaksa pulang sehari lebih cepat dari acara KTT APEC di Bangkok karena ingin memenuhi undangan PP Muhammadiyah untuk membuka Muktamar ke-48 di Solo, Jawa Tengah.
Dengan berbagai prestasinya, tidak berlebihan kalau ‘Muktamar Perjuangan’’ di Wedangan Gareng malam itu berharap ‘’Duet Maut’’ kembali dikukuhkan sebagai ketua umum dan sekretaris umum. Tak lupa peserta ‘’Muktamar Gareng’’ itu mendoakan Prof Hilman Latief masuk dalam jajaran ‘’Dewa 13’’, istilah underground untuk menyebut 13 anggota tetap PP Muhammadiyah.
Hilman tokoh muda yang bintangnya tengah bersinar. Doktor filantropi dari Utrech University, Belanda itu, digadang-gadang peserta ‘’Muktamar Gareng’’ sebagai pemimpin Muhammadiyah di masa depan. Komitmennya dalam program transformasi Lazismu menuju lembaga filantropi Islam yang profesional tak perlu diragukan lagi.
Dengan terpilihnya ketua umum dan sekretaris umum PP Muhammadiyah berikut 11 anggota tetapnya, Muktamar Muhammadiyah ke-48 pun ditutup. Sementara ‘’Muktamar Gareng’’ sudah bubar lebih cepat. Sebelum pemilik rumah makan menutup mejanya.
Dari peron Stasiun Ngrombo, Kabupaten Grobogan, saya ucapkan selamat bertugas kepada ‘’Dewa 13’’. Insya Allah Muhammadiyah makin jaya di tangan para pemimpin yang amanah.