Oleh: Saca Chodiyana
Pech Theara, seorang remaja asal Kamboja berusia 13 tahun telah mengejutkan dunia saat kompetisi sepeda gunung, meskipun ia mengayuh tanpa alas kaki, tanpa sarung tangan atau helm dan meskipun sepedanya tidak memiliki suspensi, singel speed, dan hanya memiliki satu rem.
Theara lahir dari keluarga miskin, ayahnya buruh kasar dan ibunya menderita penyakit degeneratif kronis. Kondisi keluarganya yang cukup memprihatinkan tidak membuatnya menyerah pada keadaan.
Ketika dia mengetahui ada ajang Sepeda Gunung Kamboja yang diselenggarakan oleh CVP Cycling, tim amatir yang menarik ratusan peserta dalam kategori elit untuk remaja, Thera tidak ragu untuk mendaftar. Meskipun dia menyadari kekurangan dalam hal materi, dia tidak gentar karena bakat dan tekadnya yang besar jauh lebih penting.
Thera datang dengan “kuda besi’ berkaratnya ke kompetisi untuk anak-anak di bawah usia 15 tahun, yang berlangsung pada tanggal 8 November 2020.
Para pesaing dan mereka yang hadir menatapnya tak percaya, karena perlombaan dilangsungkan di sirkuit di Perk Leap, lintasan tanah yang mendaki, lumpur dan batu, dan juga turunan yang curam serta berbahaya. Semua itu tentunya harus dilewati bukan hanya mengandalkan keterampilan, harus dengan ditunjang sepeda yang safety.
Thera dengan menggunakan celana pendek dan kaos hitam, dia langsung melesat di depan saat di Start meninggalkan 30 pesaingnya. Sepanjang perlombaan dia begitu bersemangat ingin mengungguli para pesaingnya yang menggunakan sepeda yang lebih bagus dan safety.
Tetapi dia mempunyai modal yang lebih banyak, dia membawa keberanian, tekad, ketekunan, dan kecerdasan kompetitif, yang tidak dimiliki oleh para pesaingnya.
Pich Thera membuka mata kita bahwa segala rintangan dan kekurangan bukan alasan untuk kita menyerah pada keadaan.
Tekad yang besar untuk meraih tujuan adalah kekuatan terbesar manusia, sementara mereka yang memandang rendah harus dimanfaatkan sebagai dorongan agar kita harus berjuang dan bahwa di dunia ini tidak ada yang mustahil.
Keberhasilan sejatinya ketika kita berani untuk memulai. Dan tidak pernah ada kegagalan dalam kamus hidup mereka yang mau berusaha.
“Saya memakai sandal jepit untuk berjalan, tetapi di sepeda saya melepasnya karena menghalangi, tetapi saya tidak merasa buruk, apalagi malu, karena saya datang ke sini untuk bersaing, sejak saya tiba saya berpikir untuk menang, dan saya melakukannya” ucap Pech Theara.