Oleh : Setiardi
Namanya Dhia Ul Haq, guru mengaji. Dia kemarin ditangkap polisi di Pesantren Al Madad, Serpong. Anak muda ini disebut-sebut yang pertama kali memukul Ade Armando, saat aksi demonstrasi di depan Gedung DPR. Dhia, juga tersangka lain, mungkin akan masuk penjara. Saya belum tahu berapa lama.
Tak mudah hidup di dalam penjara. Penuh sesak. Saya pernah merasakannya di Cipinang. Dalam penjara pun perlu makan, dan lain-lain. Tak mungkin mengandalkan nasi cadong. Itu sebab tetap butuh uang untuk bekal selama di penjara.
Saya berniat membantu Dhia Ul Haq saat di penjara nanti. Saya ingin membayar hutang, sebab dulu banyak yang rutin membantu saya saat jadi napi di Penjara Cipinang. Saat itu banyak teman yang tiap bulan mengirim uang.
Ada yang khusus membayar KPR, ada yang cover kebutuhan anak-istri, ada yang urus kebutuhan dalam penjara, juga ada yang khusus urus Mamak di kampung. Bahkan, kalau saya ingin bagi-bagi nasi kotak RM Padang Sederhana untuk seluruh napi dalam blok pun ada sahabat yang mengirimkannya.
Saat di penjara saya sakit. Dan harus dirawat di rumah sakit di luar penjara. Sepekan perawatan harus bayar 50 juta. Alhamdulillah ada dua teman yang bertanya berapa biaya RS. Walhasil saya malah dapat 100 juta, karena dua teman itu masing-masing transfer 50 juta. Rezeki anak soleh.
Saya mengingat semua teman yang membantu ketika itu. Nama-nama itu abadi, tersimpan dalam hati.
Nah, kini saatnya saya membayar hutang. Saya berniat akan membantu Dhia Ul Haq, juga tersangka lainnya, saat di penjara nanti. Jika ada sahabat lainnya yang ingin berpartisipasi, bisa diberikan secara langsung. Mudah caranya: kunjungi mereka di penjara. Tiap hari kerja boleh dibezoek.
Semoga Allah memudahkan niat baik ini.