Oleh: Davy Bya
Istilah ‘crazy rich’ muncul beberapa tahun terakhir ini, menggambarkan sosok milyarder muda, berusia 20 tahunan. Petentang-petenteng di jagat maya. Kek raja minyak gayanya.
Menariknya, setelah mendengar beberapa presentasi orang-orang yang luar biasa, saya menjadi ‘ngeh’ apa itu ‘crazy rich’. Saya coba simpulkan dan berbagi kepada teman-teman.
Begini. Kita mulai dengan pemahaman apa itu orang kaya beneran atau kaya asli. Orang kaya asli itu hidupnya sederhana, dan donasinya jutaan dollar tapi tak pernah koar-koar, tak bawa kamera. Apalagi di upload di sosmed, karena tak punya sosmed. Bisa jadi, agar sosok dan kekayaannya tak terekspos.
Sedangkan orang yang pura-pura kaya (termasuk para crazy rich), bisnisnya abu-abu, sumber dananya gak jelas. Suka bagi-bagi amplop tipis lalu diposting. Donasi ke pengemis online, maksudnya untuk keperluan konten belaka, dan parahnya konten itu disukai netizen. Kerana disukai maka mereka pun ketagihan untuk membuatnya setiap hari. Media sosial digunakan untuk membangun pesona diri.
Parahnya, masyarakat kita ternyata suka menonton orang kaya palsu ini. Lalu sebagai pengikut setia, mereka pun ikut-ikutan meramaikan foto dan video di sosmed dengan memamerkan tas dan sepatu bermerek tapi ka-we, atau yang asli tapi pinjem punya teman.
Tak heran jika si orang kaya palsu dengan mudah menanamkan sesuatu ke otak para pengikutnya, apapun yang dilakukannya dan dikatakannya selalu dianggap benar, walau salah sekalipun.
Begitulah. Mereka yang terobsesi dengan harta dan kekuasaan selalu menggunakan cara-cara orang kaya palsu ini untuk mempengaruhi pikiran dan gaya hidup masyarakat. Tujuannya untuk meyakinkan orang bahwa dia punya power, sehingga mereka akan menjadi pengikutnya (followersnya).
Pola ini juga ternyata dilakukan oleh sebagian pemimpin dan pemuka agama, sehingga muncullah pemimpin dan pemuka agama palsu.