Oleh: Satria Hadi Lubis
Passion merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukai atau dianggap penting untuk dilakukan.
Tapi jangan percaya passion! Kenapa? Ya…lantaran tidak semua passion itu benar-benar baik dan manfaat. Manfaatkah buat masa depan? Manfaatkah untuk keluarga? Manfaatkah bagi kehidupan setelah mati?
Ada orang yang passionnya pagi-pagi jalan jalan sama anjingnya. Ada anjing yang dipakaikan baju saking sayangnya dengan anjingnya. Mungkin orang dengan passion ini teringat “betapa setianya anjing daripada seorang anak”. Jadilah ia sangat berkeberatan untuk menikah.
Menikah itu resikonya punya anak. Punya anak itu kalau masih kecil masih imut-imut lucu. Ehm, jika sudah besar amit-amit, sangat menyakitkan.. Kecil disayang, besar suka menentang.
Akhirnya, yang punya passion sama anjing merasa nggak passion punya anak. Ini bener-bener keblinger.
Cerita lain lagi, ada anak muda kaya raya yang passionnya musik. Orangtuanya memberikan ia mobil dan alat musik, maka jadilah ia kemana-mana tebar pesona dengan kehandalan main musik. Wajar banyak juga gadis terpana.
Singkat alkisah, begitu berumah tangga, suami hanya bisa main musik saja. Tak ada keterampilan lainnnya. Bukan orang multitasking. Passionnya adalah musik, titik.
Yang mau memberikan order bermusik tidak banyak. Ada seribu orang yang mau menjadi musikus terkenal, yang berhasil hanya satu. Akhirnya, anak-anaknya terlantar. Banyak aset warisan dijual buat menghidupi keluarga. Untuk membiayai pendidikan anak-anaknya saja susahnya bukan main.
Begitu juga anak muda yang suka main game. Saking ketagihannya, lalu ia menganggap itu passionnya. Sehingga hari-hari dihabiskannya untuk main game. Seakan dengan main game ia bisa bermanfaat bagi orang banyak dan bisa menjadi bekalnya di akhirat.
Jangan percaya begitu saja dengan passion! Hati-hati tersesat. Lebih baik tentukan dulu apa manfaat dari yang akan kita kerjakan bagi kehidupan, bagi orang banyak. Biar jadi amal untuk bekal kita di dunia dan akhirat.