Oleh: Satria Hadi Lubis
Suatu ketika, saya pernah datang kepada seorang guru dan bertanya :
“Guru, sebenarnya bagaimanakah konsep rejeki itu? Kenapa diluar sana banyak orang yang bekerja siang malam tapi rejekinya segitu-gitu aja, di sisi lain ada orang yang bekerjanya santai tapi uangnya banyak.”
Sang guru pun menjawab :
“Pada dasarnya rejeki itu ibarat hujan yang turun dari langit. Begitu nyata dan jelas. Manusia hanya perlu menjemputnya saja.
Kenapa rejeki manusia itu berbeda?
Karena wadah mereka untuk menampung rejeki juga berbeda. Ada yang kecil, ada yang sedang, dan ada yang besar. Bahkan ada yang sangat besar.
Wadah rejeki mereka itu diibaratkan sebuah kotak dan rejeki itu diibaratkan hujan yang turun dari langit. Semakin besar kotak untuk menampung air hujan maka air hujan yang kita dapatkan pun juga akan semakin besar.
Nah, kotak itu ada tiga dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tinggi. Untuk memperbesar ukuran wadah tadi, maka ketiga dimensi itu juga harus dibesarkan, tidak hanya salah satunya saja.
Panjang Kotak itu melambangkan usaha/ikhtiar dalam menjemput rejeki. Lebar kotak itu melambangkan ilmu yang dimiliki oleh seseorang. Sedangkan tinggi melambangkan ibadah dan rasa syukur yang dimiliki seseorang.
Setelah tahu tiga dimensi itu, tentu Anda pun tahu bahwa kenapa diluar sana banyak orang yang bekerja siang malam tapi rejekinya segitu-gitu aja, di sisi lain ada orang yang bekerjanya santai tapi uangnya banyak.
Mereka mungkin saja punya uang banyak meski bekerjanya tidak terlalu berat karena mereka memiliki ilmu dan rasa syukur serta ibadah yang besar.