Breaking News

Cinta Dalam Sebutir Kurma

Oleh: Abi Miqdam

Siti Aisyah Rha bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, siapakah diantara istri-istrimu yang paling engkau cintai?”

Beliau menjawab, “Tentu saja dirimu, wahai Aisyah.”

Aisyah menimpali, “Kalau begitu sampaikanlah dan katakanlah tentang hal ini pada istri-istri yang lain.”

Nabi SAW tertawa. Sambil memberi Aisyah sebutir kurma beliau bersabda, “Malam ini akan aku kumpulkan mereka dan akan aku sampaikan hal ini pada mereka. Tapi ingat jangan engkau memberitahu mereka bahwa aku memberimu sebutir kurma.”

Nabi pun lalu mengunjungi istri-istrinya satu persatu dan bertanya tentang keadaan dan kabar mereka.

Nabi SAW memberi pada masing-masing dari mereka sebutir kurma seraya berpesan, “Jangan beritahu yang lain bahwa aku memberimu sebutir kurma ini.”

Malam itu, kala seluruh istri Nabi berkumpul Aisyah Rha bertanyam “Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang paling engkau cintai?”

Rasulullah SAW tersenyum dan menjawab, “Tentu saja istri yang memiliki sebutir kurma pemberianku,  dialah istri yang paling aku cintai.”

Semua istri-istri nabi SAW saling pandang dan tersenyum, rasa bahagia dan senang ada di dalam diri dari masing-masing mereka, karena kecintaan Rasulullah terhadap mereka.

***

Hidup yang bermakna adalah bagaimana bisa memberikan kebahagiaan dan kemanfaatan. Rasa ingin dihargai sebagai seorang isteri adalah kewajaran. Tetapi terkadang banyak yang salah memberikan jawaban. Pembuktian yang ingin dilakukan oleh Siti Aisyah kepada Nabi adalah kewajaran sebagai seorang isteri. Dan nabi dengan cerdas memberikan jawaban yang tepat. Padahal jika salah bertindak dalam jawaban, perasaan akan terkoyak, tersinggung, dan merasa tidak dihargai.

Jawaban Nabi dengan memberikan sebutir kurma dan mengatakan di depan Aisyah bahwa wanita yang mendapatkan sebutir kurma adalah isteri yang paling dicintai adalah sebuah kebenaran. Lalu ketika nabi memberikan sebutir kurma kepada isteri-isteri yang lain apakah itu kebohongan? Tentu tidak. Ini adalah strategi cinta yang penuh kasih. Dengan sebutir kurma mewakili perasaan nabi kepada isteri-isterinya, bahwa mereka sama dihadapan nabi. Dihargai, dimuliakan, dicintai dan dikasihi.

Sikap melindungi dan menghargai, tidak diskriminatif. Barangkali jika nabi mengumpulkan seluruh istrinya dan mengatakan bahwa Aisyah adalah istri yang paling dicintai, tentu, istri-istri nabi yang lain akan kecewa, menganggap nabi diskriminatif dan tidak adil. Persepsi negatif ini akan melekat pada diri nabi. Seluruh etika moral, sifat rahmatan lil alamin akan hilang. Tentu saja ini bertolak belakang dengan pesan nabi agar selalu berbuat baik dan menyayangi kepada wanita. Satu sikap yang bijaksana dilakukan oleh nabi.

Begitu cerdasnya nabi, hanya dengan sebutir kurma, mampu menciptakan sebuah keharmonisan rumah tangga. Memberikan keadilan dan pembuktian sebuah cinta kasih. Sebutir kurma bagi istri nabi sebuah formula mujarab membangun mahligai rumah tangga sakinah, mawadah wa rahmah. Sebutir kurma melebihi nilai mutiara emas permata yang mampu menyinari sisi rumah tangga dengan cinta kasih, harmonis dan penuh kemesraan. Wallahu A’lam.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur