Rabu (9/5) kemarin Yusuf Mansur lewat akun Twitter @Yusuf_mansur mengaku membayar pajak antara Rp100 juta hingga Rp200 juta per hari. Pajak tersebut berasal dari Waroeng Steak and Shake yang memiliki puluhan cabang di seluruh Indonesia. Pengakuan ini kemudian ramai dibincangkan di media sosial.
Sepertinya sudah menjadi kebiasaan, apapun yang diungkap Yusuf Mansur, masyarakat dan pengguna media sosial (nitizen) langsung tidak mempercayainya. Dari begitu banyak komentar masyarakat, baik di Twitter, Instagram maupun Facebook, semuanya mencibiri pengakuan Yusuf Mansur ini. Selain ledekan, Yusuf Mansur juga dijuluki dengan macam-macam tudingan, seperti “Ustad pembohong, tukang ngibul, mata duitan” dan sebagainya. Juga masih ditambah dengan tudingan sebagai ‘ustad penjilat istana’ atau ‘pemburu jabatan komisaris BUMN’.
Terkait pertanyaan, apakah pembayaran pajak dengan jumlah tersebut dapat terjadi? “Mungkin saja dapat terjadi, mungkin juga tidak,” ujar Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Neilmaldrin Noor seperti yang dikutip berbagai media.
Masyarakat memang tak bisa mengeceknya secara langsung. Itu karena data pembayaran pajak masyarakat bersifat rahasia. “Mengingat data pembayaran pajak merupakan salah satu hal yang termasuk dalam kerahasiaan data Wajib Pajak, maka kami wajib menjaga kerahasiaan tersebut,” demikian kata Neilmaldrin Noor. Meski begitu Neilmaldrin berjanji akan menyelediki kebenaran pengakuan Yusuf Mansur ini. “Tentunya apabila ada data dan informasi yang berbeda, teman-teman di Kantor Pelayanan Pajak akan menindak lanjuti sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku,” ungkapnya kepada media, Rabu (9/6).
Besaran setoran pajak sendiri tergantung pada skala dan kondisi usaha dari wajib pajak yang bersangkutan. Selain itu, bergantung dari kondisi perekonomian yang tengah terjadi, mengingat pajak merupakan ujung dari kegiatan perekonomian. Dari sini secara umum bisa menilai kebenaran pengakuan Yusuf Mansur itu.
***
Diketahui, Yusuf Mansur bergabung dengan grup bisnis yang didirikan pengusaha kuliner Jody Broto Suseno bernama Waroeng Group. Kelompok usaha ini memiliki beberapa merek dagang, yakni Waroeng Steak and Shake, The Icon Grill Steak, Bebek Goreng H. Slamet, Waroeng Ayam Kampung, hingga The Penyeters.
Di Waroeng Steak and Shake sendiri, sudah bukan rahasia, bahwa Yusuf Mansur adalah “pemilik” sesungguhnya. Meski Jody tetap menjadi pemegang merek, namun Yusuf Mansur adalah master frinchise-nya. Dengan demikian, Jody tak memikirkan biaya pengembangan Waroeng Steak and Shake itu. Semua urusan uang menjadi tanggungjawab Yusuf Mansur.
Masalahnya, dari mana sesungguhnya uang yang diperoleh Yusuf Mansur untuk mengembangkan Waroeng Steak and Shake itu? Patut dicurigai, Yusuf Mansur yang sejak lama rajin mengumpulkan uang dan harta sedekah masyarakat itu, menggunakan dana sedekah itu untuk Warong Steak and Shake itu.
Jika kecurigaan itu benar adanya, maka tidak tertutup kemungkinan Yusuf Mansur sedang “mencuci uang sedekah” pada bisnis kuliner ini. Apalagi selama ini belum pernah ada auditing secara lengkap uang sedekah yang sudah dikumpulkan Yusuf Mansur.
Terlepas dari benar atau tidaknya pajak Warong Steak and Shake itu, tapi setidaknya ada kenyataan lain, bahwa bisnis Yusuf Mansur yang satu ini terbilang maju. Ini sekaligus membuktikan, bahwa selain Waroeng Steak and Shake tak ada bisnis Yusuf Mansur yang menguntungkan. Semua berakhir dengan masalah, berakhir dengan hutang yang menumpuk, bahkan ada yang berakhir di meja polisi. Sebut saja Miracle, Patungan Usaha, Patungan Asset, Nabung Tanah, Batu Bara, Condotel Moya Vidi, Biro Umroh dan Haji, Hotel Siti, dan Paytren. Semua usaha itu masih sisakan masalah yang sedang dan akan masuk dalam ranah hukum, baik perdata maupun pidana.
***
Yusuf Mansur dalam sebulan terakhir ini banyak mendapat sorotan. Lebih-lebih usai dia terungkap hutangnya sebanyak Rp300 Milyar. Setelah itu dia memuji habis Presiden. Bahkan dia menyempatkan diri menulis artikel bertajuk “Jokowi memang yang terbaik luar biasa pencapaiannya”.
Puji-pujian itu justru mendapat sejumlah kritik dari berbagai kalangan. Karena seolah berupaya menjilat. Setidaknya itulah yang disampaikan pengamat politik Muslim Arbi. Rabu 2 Juni 2021 lalu, Muslim Arbi mengatakan, Yusuf Mansur sedang kepincut ingin mendapat kursi komisari di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Muslim menyebut, Yusuf Mansur ingin mendapat jabatan komisaris BUMN lantaran bisnisnya sedang bermasalah. Bahkan ditengarai dia tengah terlilit utang besar, ratusan miliar. Apalagi setelah Abdee Slank mendapat jabatan Komisaris Independen PT Telkom.
“Langkah Yusuf Mansur yang mencoba peruntungan mendapatkan komisaris dengan memuji Presiden, (dan kini mengaku membayar pajak besar) menurut Muslim justru makin dijauhi umat Islam.”
***
Diantara ratusan komentar warga net soal pengakuan Yusuf Mansur membayar pajak 200 juta setiap itu, ada Masbin menulis begini, “Pajak per Hari 200jt. Pajak Satu tahun 2,190,000,000,000. Ini baru pajak saja…. Kalah lah yg punya Amazon.” Atau ada Vikka Alfaynur berkomentar, “… Alhamdulilah yaaa makmur, sedangkan karyawannya sengsara.” Ini tentu terkait ratusan karyawan PT. VSI (Paytren) yang sedang menuntut pembayaran gaji kepada Yusuf Mansur.
Sedangkan, Stevanie Huang (Pink) memulai ciutan pagi Jumat (11/6), “Selamat Pagi ustad Yusuf Mansyur, Sudah bayar pajak untuk yg hari ini kah?”