Oleh: Abdillah Toha
Belakangan ini suara-suara serta gerakan terstruktur dan sistematis muncul di negeri kita, membela zionis Israel. Ada yang beralasan karena Hamas adalah teroris. Mereka lupa bahwa pejuang kemerdekaan kita dulu juga disebut teroris dan ekstrimis oleh Belanda?
Ada buzzer yang menganggap pendukung Palestina adalah kelompok kadrun yang anti pemerintah. Diantaranya ada mantan jenderal yang menyatakan bahwa Palestina bukan urusan kita. Lupakah sang jenderal bahwa sebelum ada Israel, bangsa Palestinalah yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Mereka mengirim bantuan dan mendukung kemerdekaan Indonesia di tahun 1944, bahkan ketika kita belum mendeklarasikan kemerdekaan.
Ada kelompok sekte agama yang mengharapkan Israel berjaya karena berdasarkan dalil kitab sucinya mereka percaya bahwa Kristus akan muncul disana bila Israel tegak. Ada keturunan Yahudi seperti Monique Rijkers yang kemana-mana khotbah mendukung Israel atas nama memperjuangkan keragaman bagi semua ras termasuk Yahudi. Dia tidak sadar bahwa di kalangan Yahudi sendiri banyak tokohnya yang menolak adanya negara Yahudi yang diskiminatif dan menindas warga non Yahudinya.
Berhati-hatilah saudara dalam membaca berbagai narasi pembelaan terhadap rezim zionis Israel. Perang melawan rezim Israel bukan perang agama, sekte, atau sejenisnya. Masalah Palestina tidak lain adalah masalah penjajah lawan yang dijajah. Penindas lawan yang ditindas. Penyerobot tanah lawan yang diserobot rumah dan tanahnya dan diusir.
Sikap pemerintah kita mendukung Palestina merdeka sudah tepat dan benar. Konstitusi kita mengamanatkan agar kita ikut aktif dalam membangun tatanan dunia yang berkeadilan. UUD dan ideologi kita Pancasila jelas menolak segala bentuk penjajahan dan berpihak kepada kemerdekaan setiap bangsa.
Tidak akan ada perdamaian abadi di Timur Tengah selama negara berdasar ras Yahudi dicangkokkan di tengah-tengah penderitaan bagsa Palestina yang telah bermukim disana selama ratusan tahun. Bangsa Palestina harus diberi hak untuk memiliki satu negara sendiri yang tidak terpecah-pecah dengan penduduk Muslim, Kristen, dan Yahudi, dan bersama mengelola negerinya dengan sistem demokrasi berdasar hukum yang adil bagi setiap warga negara.
Memecah kawasan itu menjadi dua negara dengan Palestina diberi secuil bagian dari negeri asalnya berdampingan dengan negeri zionis, berarti memberi hadiah kepada zionisme atas hasil penindasan dan penjarahannya selama ini.