Oleh: Doni Riw
Saat Yahudi Bani Qainuqo mempermainkan wanita muslimah, menyingkap auratnya, Rasul SAW mengecam mereka, sembari membawa pasukan untuk mengepung benteng mereka. Hasilnya, Yahudi takut dan menyerah.
Saat Yahudi Bani Quraidzah berkhianat memihak pasukan Ahzab di perang Khandaq, Rasul SAW juga tidak hanya mengecam, tetapi juga mengirimkan pasukan. Si Yahudi-pun takut dan takluk. Begitupun pada kasus Yahudi Bani Nadhir, juga pengepungan Yahudi Khaibar.
Mengapa mereka takut? Apakah karena jumlah muslimin selalu lebih banyak dan peralatannya lebih canggih? Tidak sama sekali.
Dalam pengepungan benteng Yahudi Khaibar, Rasul SAW hanya mengirimkan 1.400 mujahid dengan peralatan perang standar. Sementara di dalam benteng ada 10.000 pasukan Yahudi, serta banyak alutsista canggih pada masanya.
Tercatat di dalam sejarah, bahwa pasukan muslim hampir selalu berjumlah lebih sedikit dengan peralatan perang lebih sederhana. Pada perang Badr, muslimin hanya 300 mujahid, sementara kafir Quraisy 1.000. Pada perang Tabuk, Rasul SAW mengirim 3.000 mujahid, untuk melawan 200.000 pasukan Romawi.
Keberanian dan ketegasan Rasul SAW juga diwarisi para penerusnya. Andai Thariq bin Ziyad hanya mengecam Spanyol, tentu negeri itu tidak akan takluk. Andai Al Fatih hanya mengecam Konstantinopel, tentu Hagia Sophia tidak akan jadi masjid.
Bahkan saat Khilafah Turki Usmani melemah, kemarahan Khalifah Abdul Hamid II ditakuti Perancis. Saat itu Perancis berencana menggelar opera melecehkan Nabi SAW. Khalifah mengancam akan mengkomando jihad jika mereka masih melanjutkan rencana itu. Akhirnya Perancis ketakutan dan mengurungkan rencana itu.
Mengapa kemarahan Rasul SAW dan para Khalifah selalu ditakuti yahudi dan kafirin? Mengapa kecaman para pemimpin negeri muslim hari ini tidak membuat Israel gentar sama sekali? Karena Yahudi tau benar, bahwa kecaman itu hanya di bibir saja. Mereka tau, bahwa para pemimpin nation state muslim itu tidak mungkin melakukan jihad seperti Rasul SAW dan para Khalifah.