Oleh: Doni Riw
Saat hidup di Mesir sebagai budak, Bani Israil mengamati cara Firaun berkuasa. Al Quran telah tunjukkan pada kita bahwa kekuasaan Firaun disangga oleh tiga pihak.
Pertama Qorun si kaya raya. Dia bersekongkol menambah kekayaan diri dan memperkuat kekuasaan Firaun. Kedua Haman. Si cerdik pandai yang melacurkan kepintarannya untuk legitimasi kezaliman Firaun. Ketiga Bal’am. Si tokoh agama yang menjilat penguasa untuk kenikmatan dunia.
Bani israil diselamatkan oleh Musa, menyebrang laut merah yang terbelah. Mereka meninggalkan Mesir membawa kitab sihir Talmud, simbol-simbol Mesir kuno, juga menyerap pengetahuan tentang sistem negara Mesir : Fir’aun, Haman, Qorun, Bal’am.
Bani Isra’il lebih suka peninggalan Fir’aun daripada ajaran Allah. Mereka memilih menyembah patung anak sapi saat ditinggal Musa menerima wahyu.
Singkat cerita, saat berkesempatan menguasai dunia, mereka memasukkan simbol piramid, mata satu, elang botak dan sebagainya ke segala sesuatu.
Tak hanya simbol, mereka juga membangun sistem pemerintahan Fir’aun ke tatanan dunia baru yang mereka rekayasa. Tatanan itu hari ini kita kenal dengan nama Demokrasi dan Kapitalis.
Maka tak heran jika hari ini kita menemukan Firaun-firaun modern para eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kita juga menemukan Qorun-qorun baru, para kapitalist. Kita menemukan Haman-haman terkini bergelar profesor, doktor, PHD dan sebagainya. Mereka sibuk mencari pembenaran bagi kezaliman Firaun.
Tak kaget juga jika kita mendengar Bal’am-bal’am mutakhir mengatakan, “We choose rahma” kepada Israil. Mereka mengatakan, “Muslim Palestina bukan ahlus sunah”. Mereka mengatakan bahwa “Jihad Palestina tidak syar’ie. Solusinya hijrah”.
Israil lupa bahwa sekuat apapun Fir’aun dan rezimnya, dia digulung laut merah atas kehendak Allah. Maka bagi para Fir’aun modern, Haman terkini, Qorun mutakhir, Bal’am terbaru, kalian boleh pongah dan merasa kuat. Tapi ingatlah bahwa Allah akan segera menggulung kalian!