Oleh: Gus Nur
10 hari terakhir Ramadhan identik dengan I’tikaf. Yang tujuannya biar dapat Lailatul Qadar, melaksanakan ibadah pas waktu itu lebih baik daripada 1000 bulan. Suatu keistimewaan yang hanya diberikan kepada kaum muslimin.
Lalu kenapa sih harus i’tikaf? Karena ketika orang beri’tikaf, dia dicatat senantiasa melakukan ibadah. Sehingga potensi Lailatul Qadar itu lebih besar didapat oleh orang beri’tikaf.
Cuma sayangnya terkadang ada yang lupa, bahwa i’tikaf itu tidak hanya untuk mencari Lailatul Qadar saja. Tapi i’tikaf itu di semua waktu baik ketika Ramadhan maupun di luar Ramadhan ketika kita masuk masjid. Maka disunnahkan kita berniat i’tikaf ketika masuk masjid, siang ataupun malam.
Bagaimana kalau lupa berniat i’tikaf ketika masuk masjid? Maka segera berniat seketika ingat.
Kapan Lailatul Qadar terjadi? Walloohu a’lam. Dalam sebuah hadits kita disuruh mencarinya di malam 27. Tapi banyak riwayat para ulama’ salaf mendapatkannya di malam-malam yang lain. Ada banyak pendapat tentang kapan turunnya Lailatul Qadar, salah satunya Imam Syafi’i mencirikan jika awal puasa pada hari Selasa, maka Lailatul Qadar turun pada malam 27.
Bagaimana ketika kita beri’tikaf pada malam-malam ganjil saja? Bagus juga. Setidaknya tabarrukan (berharap berkah) dari hadits-hadits dan qaul ulama’. InsyaAllah dengan keikhlasan akan mendapatkan.
Hanya saja kaum muslimin berburu Lailatul Qadar tapi lupa bahwa Ramadhan dengan pahala melimpah tersaji dihadapannya. Maka berburu Lailatul Qadar jangan melupakan Fadhilah Ramadhan sendiri.
Dalam Musnad Ahmad ditanyakan: Puasa apa yang paling istimewa? Yaitu puasanya orang yang senantiasa mengingat Allah SWT.
Semoga Allah menerima segala ibadah kita.