Breaking News
(Foto : Satria Hadi Lubis)

Mengasah Gergaji

Oleh: Satria hadi lubis

(Foto : Satria Hadi Lubis)

Stephen R. Covey menceritakan tentang seorang penebang pohon yang melamar pekerjaan di sebuah pabrik pengolahan kayu. Ia diterima dan sangat suka dengan bayaran yang diterima. Ia pun bekerja dengan tekun.

Pimpinannya memberi ia gergaji dan menunjukkan pohon-pohon mana saja yang boleh ditebang.

Pada hari pertama bekerja ia bisa menebang 18 pohon. “Selamat! pertahankan itu,” kata pimpinannya.

Tersemangati oleh kata-kata bosnya tadi, penebang kayu semakin bekerja dengan keras.

Namun pada hari berikutnya ia hanya bisa menebang 15 pohon. Hari ketiga, meski ia bekerja bertambah keras, ia hanya bisa merobohkan 13 pohon. Hari demi hari semakin sedikit pohon yang bisa ia tebang.

“Saya sepertinya kehilangan kekuatanku,” pikir penebang kayu. Ia pun menemui bosnya dan meminta maaf atas kinerjanya yang buruk. Ia tidak tahu apa yang terjadi.

“Kapan terakhir kali kamu mengasah gergajimu?” tanya bos.

“Mengasah gergaji? Saya tak punya waktu untuk mengasah gergaji. Saya sibuk menebang pohon ….”

Seperti itulah kehidupan kita. Kita terkadang begitu sibuk, bekerja keras dan tak punya waktu untuk mengasah “gergaji” (mengembangkan kapasitas otak, perasaan, spritual dan jasmani) kita, sehingga hasil yang didapatkanpun tidak sesuai dengan harapan kita.

Orang-orang di masa sekarang, lebih sibuk dan semakin sibuk dibandingkan orang orang sebelumnya. Tak ada yang salah dengan bekerja keras. Akan tetapi kita tidak boleh mengabaikan hal-hal yang penting dalam kehidupan ini.

Mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, memberi waktu yang cukup untuk keluarga, memiliki cukup waktu untuk istirahat, meluangkan waktu untuk belajar dan membaca, mengikuti kajian ilmu umum maupun keislaman, mengembangkan bakat, berolahraga, dan sebagainya adalah contoh “mengasah gergaji”.

Jika kita terus giat bekerja, tidak menyiapkan waktu untuk mengasah “gergaji”, mengasah otak, perasaan, spiritual dan jiwa, kita akan menjadi tumpul dan kehilangan efektivitas. Hidup juga terasa jalan di tempat, bahkan terasa kering dan membosankan. Ujungnya, akan ada penyesalan di ke mudian hari.

Dengan adanya himbauan di rumah saja dan menjauhi kerumunan di masa Covid 19 ini seakan kita diingatkan untuk serius mengasah “gergaji” kita. Lebih baik lagi mengajak seluruh anggota keluarga agar berkembang bersama.

Hmm…Sudahkah Anda mengasah “gergaji” hari ini ?

About Redaksi Thayyibah

Redaktur