Oleh: Doni Riw
Bejo lahir di Selopamioro Bantul. Bapaknya seorang pembuat berhala, bernama Atmo Diwiryo.
Atmo sering menerima pesanan berhala dari Jakarta. Berhala dari berbagai dewa pernah dia buat. Dia sangat menghargai kepercayaan kepada masing-masing berhala itu.
Atmo sendiri memuja Sang Raja yang bernama Galon. Baginya Galon adalah Dewa tertinggi. Dia buat berhala Galon dalam ukuran yang lebih besar dari berhala lain.
Beda Atmo beda Bejo. Bejo tidak percaya pada berhala-berhala itu. Dia tahu bahwa Tuhan yang sejati hanyalah Allah, tiada yang lain. Bejo selalu berkata kepada semua orang, bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang benar dan patut disembah. Tetapi karena itu dia disebut radikal dan intoleran oleh kaumnya.
Pada suatu hari, Bejo menghancurkan semua berhala-berhala itu dengan kapaknya. Tetapi menyisakan satu berhala terbesar: Dewa Galon. Kemudian kapaknya itu digantungkan di leher berhala Galon.
Raja Galon marah besar saat melihat itu semua. Dia berkata lantang pada bejo, “Wahai Bejo, sungguh kamu adalah Radikal dan Intoleran, tidak menghargai behala-berhala kepercayaan orang lain”
Sebagai hukuman, Bejo dibakar di dalam api yang sangat besar. Apakah api itu mampu membakar si Bejo? Entahlah.