Aprizal Tiap Hari Menyebar Sampah
Belum lama ini, dalam akun pribadinya Yusuf Mansur memperkenalkan beberapa orang yang dia banggakan. Mereka dikenalkan sebagai “pengusaha” Paytren yang sukses walaupun di situ ditulis sebagai pengangguran. Salah satu diantara mereka ada yang bernama Aprizal.
Melalui beberapa orang dalam jaringan Paytren, penulis akhirnya dapatkan nomor Aprizal, yakni 081212840714. Kamis 18 Maret lalu, setelah perkenalkan diri, penulis meminta waktu Aprizal untuk bertemu. Mau belajar tentang Paytren. Sekaligus memintanya berbagi pengalaman dalam jalankan Paytren.
Seperti mesin penjawab, Aprizal membalas. Dia perkenalkan diri sebagai salah satu leader Paytren yang ditunjuk Yusuf Mansur untuk membimbing setiap orang. Aprizal kemudian bilang, dia tidak bersedia menemui penulis kecuali terlebih dahulu transfer uang kepadanya sebesar Rp. 368.500 sebagai keikutsertaan dalam Paytren. “… (Setelah itu) nanti bisa ketemuan di mana kalau sudah jadi mitra saya,” Aprizal ajukan syarat.
Terhubung dengan Aprizal di aplikasi WhatsApp itu berarti bersedia menerima resiko. Pesawat handphone anda akan bordering terus menerus, sepanjang hari dan malam. Itu karena Aprizal membuat pesat chat broadcast. Tengah malam dan dini hari sekalipun Aprizal “meneror” anda dengan iklan bombastis dan seribu satu “keuntungan” Paytren. Anda baru bisa tenang jika notifikasi dari nomor Aprizal dimatikan.
Selain seribu satu “kehebatan” Paytren, setiap hari Aprizal akan merayu kita sebagai calon anggota Paytren yang istimewa. Kita akan diberikan harga spesial dengan diskon besar. Padahal angka itu tak pernah berubah, tetap di Rp. 368.500. Batas waktu untuk transfer hanya sampai jam 22.00. Besok, begitu lagi. Diskon besar, Rp. 368.500 dan sampai jam 22.00. Terus begitu.
Tak ketinggalan, Aprizal memasang bukti transfer orang-orang yang telah mendaftar. Hanya nama dan kota. Tak pernah dia tunjukkan alamat dan nomor telepon orang-orang yang dimaksud.
Sebenarnya, apa yang dilakuan Aprizal dengan materi-materi pesannya tentang multi level marketing (MLM) Paytren bukanlah hal baru. Umumnya pelaku bisnis MLM dan moneygame dalam mecari calon-calon korbannya, begitu pula yang dilalakun oleh Aprizal.
Aprizal adalah perantau dari Sumatera Selatan. Dia pernah menjadi kasir di Hypermart Daan Mogot dan berhenti sejak tiga tahun lalu. Dari situ dia mulai menggantung mimpinya pada Paytren setelah terbuai dengan janji-janji manis Yusuf Mansur.
Aprizal tampil di postingan facebook-nya bak sultan. Tiada hari tanpa lelah mencari downline lewat media online maupun offline. Tak peduli, postingan promo Paytren itu bagaikan sampah. Inilah yang oleh Yusuf Mansur disebut sebagai “kerja keras”.
Orang-orang yang disasar Aprizal adalah yang kurang mampu. Dari latar belakang kurang pendidikan, anak baru lulus sekolah yang memiliki sifat labil, maupun mereka yang ingin mencari pekerjaan.
Paytren Yusuf Mansur ini adalah bisnis MLM yang bermuatan moneygame. Paytren ini sudah dinyatakan haram dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama (Munas Alim Ulama NU). Dalam sidang Komisi Bahtsul Masail Diniyyah Waqiiyyah, para kiai mengatakan ada pelanggaran syariat dalam Paytren. Paytren kerap memakan korban.
Berdasarkan putusan itu, ada tiga alasan yang mendasari mengapa bisnis money game model Paytren adalah haram. Pertama, penipuan (gharar). Kedua, menyalahi prinsip akad transaksi. Ketiga, motivasi akad transaksi adalah bonus, bukan barang. Model bisnis MLM yang diharamkan dalam Munas Alim Ulama NU 2019 ini sebenarnya sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Namun, Yusuf Mansur masih saja gencar memberikan janji-janji penghasilan dan bonus yang di luar nalar dengan Paytren.
Siapapun yang ingin menjadi mitra Paytren harus menyetor uang sebesar Rp. 368.500 untuk paket basic dan Rp. 9.775.000 untuk paket titanium. Setelah menyetor dengan cara mentransfer ke Aprizal atau leader Paytren lainnya, sang mitra akan mendapatkan akun Paytren dan berhak memperjualbelikan akun tersebut ke orang lain.
Selain harus memperjualbelikan akun agar mendapat keuntungan, mitra Paytren memang bisa mendapat keuntungan tambahan dengan cara menjual kebutuhan sehari-hari seperti pembayaran listrik, pulsa telepon seluler, tagihan PDAM, televisi berbayar, hingga zakat. Tetapi dari berbagai transaksi online tersebut, hasil dari menjual lisensi jauh lebih menguntungkan. Karena itulah, kebanyakan mitra jauh lebih fokus menjual lisensi daripada menjual pulsa. Seperti apa yang dilakukan Aprizal selama ini.
Persoalannya, mitra Paytren dan orang seperti Aprizal ini tidak mudah untuk mencari mitra baru. Keuntungan yang didapat dari merekrut satu mitra pun tak seberapa, hanya Rp. 75.000. Jadi untuk mengembalikan modal sebesar Rp 350.000, umpamanya, harus merekrut minimal 5 orang. Lalu untuk mengembalikan modal yang Rp. 9.775.000, berapa orang yang harus ia rekrut?
Pertanyaannya, mengapa masih ada yang tertarik untuk bergabung dengan Paytren seperti Aprizal ini? Dalam marketing bisnisnya Yusuf Mansur sangat cerdik. Ia memasarkan Paytren ke publik dengan balutan agama. Padahal bisnis ya bisnis, penipuan ya tetap penipuan.
Mengapa layak disebut sebagai penipuan? Karena dengan status ustadz yang diembannya, Yusuf Mansur dan kaki tangannya seperti Aprizal ini menjanjikan berbagai reward menggiurkan kepada calon korban agar mau menyetor uang sebagaimana yang sudah disebutkan diatas. Padahal jika dipikir secara logika, kita harus bersusah payah untuk mendapat satu mitra pun, apalagi untuk sampai menutupi modal yang digunakannya saat membeli paket titanium.