Oleh: Doni Riw
Saat Perang Khandaq, pasukan Kafir Quraisy dan sekutunya tak bisa masuk ke Madinah karena tertahan parit yang digali Muslimin di luar benteng. Namun di hari ke 17 ada lima orang prajurit Kafir Quraisy yang berhasil melompati parit dan menantang Muslimin duel satu lawan satu.
Salah satu dari kelimanya adalah Amru bin Wud. Dia berteriak lantang: “Hai muslimin, aku menantang duel salah satu di antara kalian”.
Amru bin Wud adalah jagoan senior dari Kafir Quraisy. Badannya besar, semua bagian tubuhnya tertutup baju besi.
Ali bin Abu Thalib meminta ijin kepada Rasul SAW; “Ya Rasul, ijinkan aku melawannya.”
Rasul SAW menjawab, “Duduklah wahai Ali.”
Amru bin Wud kembali menantang. Ali kembali meminta ijin melawan. Rasul SAW kembali menyuruh Ali duduk. Demikian berulang beberapa kali.
Karena tidak ada yang menjawab tantangannya, Amru bin Wud kembali menantang. Kali ini ditambah dengan cacian, “Katanya kalian akan masuk surga kalau mati melawan orang Kafir, tapi nyatanya kalian pengecut.”
Akhirnya Rasul SAW bersabda, “Sekarang saatnya Ali.”
Ali pun maju melawan si jagoan Kafir Quraisy itu. Perkelahian begitu sengit. Debu-debu beterbangan sebab manuver mereka. Para sahabat tak bisa melihat apa yang terjadi di balik debu itu. Sampai akhirnya dari balik debu terdengar suara Ali RA bertakbir. Lantas nampaklah tubuh Amru bin Wud sudah terbelah dua.
Mengapa Rasul SAW menahan Ali beberapa kali? Kemudian baru mengijinkannya maju setelah Amru bin Wud mencaci maki Islam dan Muslimin? Jawabnya jelas, cacian orang Kafir kepada Islam akan membuat Allah murka. Maka saat itulah, kemenangan muslimin ada di depan mata. Semakin keji orang Kafir mencaci Islam, semakin dekat pula kemenangan Muslimin.
Begitupun sekarang. Semakin keji mereka mencaci Islam hari ini, maka sesungguhnya kekalahan mereka sudah di depan mata.