Oleh: Gus Nur
Ada yang mention saya di WAG, “Gus, saya sudah 4 tahunan ngikutin tulisan-tulisannya. Ada yang saya save juga bla bla bla…”
Eh, ternyata lama juga saya curhat di medsos. Gak ngerasa hitungan tahun. Dan Alhamdulillah bisa istiqomah nulis-nulis, bikin curhatan, majang daftar harga, sampe-sampe ada yang kenal beberepa tahun lalu dan baru kemarin-kemarin saja pesen kopi sama saya.
Tapi alhamdulillah, kita bisa istiqomah itu patut disyukuri. Istiqomah bernafas patut disyukuri, istiqomah bisa buang hajat patut disyukuri, apalagi istiqomah sholat, puasa, dakwah, ngisi kajian atau kegiatan taqorrub yang lain. Bersyukur saja sambil diselingi doa Alloohummarzuqnaa al-istiqoomah fil khoiroot (Ya Allah, rizkikan pada kami istiqomah dalam kebaikan-kebaikan).
Karena saya heran, ternyata ada saja orang yang istiqomah dalam keburukan. Ada yang istiqomah bilang kodran-kadrun pada saudaranya yang muslim. Padahal bi’salismul fusuuqu ba’dal iimaan, seburuk-buruk panggilan itu adalah panggilan jelek sesudah orang beriman. Itu suatu yang diharamkan. NastaghfiruLlooh, dan gitu kok istiqomah gak mau brenti.
Ada juga yang bertahun-tahun bilang, “khilafah busuk, khilafah busuk” dan ditulis terus menerus secara istiqomah. Padahal term “khilafah” itu keluar lewat lisan Nabi Muhammad saw, “tsumma takuunu khilaafatan ‘alaa minhajin nubuwwah”. Kemudian bakal ada khilafah diatas metode kenabian (HR Ahmad.)
Atau
فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتـِىْ وَسُنَّةِ الْخُلَفاَءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْمُهْدِيِّـْينَ
“Maka wajib kalian ikut sunnahku dan sunnah para khalifah rasyidin yang mendapatkan petunjuk. (HR Ahmad)
Tapi biarlah, Alloohu bashiirun bi ‘ibaadih, Allah itu sangat waskita terhadap hamba-hambanya. Semua ada balasan dari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
Jadi yang istiqomah dalam keburukan tadi dari saya cuma satu kata saja, “Bertaubatlah!”.
Karena bisa jadi berbuat keburukan itu dosanya kecil, tapi jika istiqomah dalam keburukan yang sama, maka bisa menjadi dosa besar. Wal ‘iyaadzu billah.
Nah istiqomah itu ada yang mubah, tapi bikin gak pede. Dua tahunan yang lalu gak sengaja ketemu ngopi sesama gus. Dia nanya, “Eh, Gus Nur katanya mau nikah lagi yah?”
Dapat berita dari mana saya pikir. Iseng saja saya jawab, “Doakan rentang tiga tahun kedepan, Gus.”
“Eh benerkah? Gimana caranya?”
Dia banyak nanya dan curhat juga. Ternyata urusan nikah lagi gak berani ngomong istri. Saya bully dia, mumpung ada kesempatan.
Dan dua tahun berjalan ini ternyata saya juga masih istiqomah di satu hati. Jadi mau nemuin si Gus ini rasanya rada gimanaaa. Karena pasti dia habis-habisan membully juga, sebab sesama Gus itu kalo ketemu gak saling membully ibarat ngopi cuma sesendok, gak ada kepuasan. Jadi sementara maap Gus, saya gak sowan, haha.