Oleh: Satria Hadilubis
Suku Bashkir yang berada di Rusia memiliki tradisi yang aneh dalam menjual tanah mereka. Jika orang-orang di seluruh dunia menjual tanah menurut ukuran luas, namun mereka menjualnya menurut ukuran waktu.
Harga tanah di wilayah suku Bashkir adalah 1000 rubel per-hari. Unik kan? Bukan per-meter ataupun per-hektar.
Maksudnya begini, calon pembeli cukup membayar 1000 rubel kepada kepala suku, kemudian ia dipersilahkan berlari sejauh-jauhnya saat matahari terbit dan ia harus kembali lagi ke titik semula saat matahari terbenam. Maka luas tanah yang berhasil ia kelilingi sehari itu akan menjadi miliknya!
Suatu hari seorang lelaki bernama Pahom datang dari negeri jauh, demi mendapatkan tanah yang luas dengan harga yang terjangkau. Ia lantas melakukan transaksi kepada kepala suku sebesar 1000 rubel, lalu disepakatilah hari pengukuran tanahnya.
Pada saat hari yang ditentukan itu tiba, seluruh penduduk suku Bashkir berkumpul di titik awal. Tepat saat matahari terbit, Pahom mulai berlari. Ia bersemangat sekali karena sepanjang tanah yang ia pijak itu kelak akan menjadi miliknya. Alangkah mudahnya!
Lelaki itu sesekali melihat ke belakang, ternyata titik awal sudah begitu jauh. Betapa gembira rasanya melihat calon tanah kekayaannya akan seluas itu. Cukup untuk membangun rumah yang sangat besar dengan pekarangan yang amat lebar.
Pahom ingin mengakhiri perjalanannya. Ia tinggal berlari membentuk rute melingkar ke arah pulang. Tetapi dilihatnya di depan sana kebun-kebun suku Bashkir yang subur dan ranum buahnya. Bukankah ia cukup berlari melewati kebun itu, nanti secara otomatis akan menjadi miliknya?
Maka Pahom memutuskan berlari maju kembali. Semakin terkejut saat di depan kebun terhampar sungai indah yang jernih airnya. Tentu ia semakin tergiur. Rumah besar, kebun ranum, dan sungai jernih akan menjadi miliknya. Pahom terus berlari.
Di seberang sungai, berdiri kokoh bukit hijau yang sedap dipandang mata. Pahom masih punya waktu sampai matahari tenggelam, ia hanya perlu berlari lebih jauh lagi, maka ia akan menjadi pemilik bukit! Pahom terus berlari dan berlari. Hingga akhirnya napasnya tersengal-sengal. Ia terjatuh kelelahan. Tak lama kemudian ia meninggal dunia kehabisan napas!
Demikianlah ringkasan dari sebuah cerpen fiksi karangan sastrawan Rusia, Leo Tolstoy, yang berjudul “How Much Land Does A Man Need.” Nilai moral dari cerpen tersebut adalah ambisi manusia yang tidak pernah puas, ternyata justru membuat ia tidak mendapatkan apa-apa.
Sebenarnya kita semua bisa hidup bahagia dengan apa yang kita miliki saat ini. Namun karena sifat ambisius yang tak pernah merasa cukup, maka kita selalu menginginkan apa yang tidak kita miliki. Akibatnya, kebahagiaan tersebut menjadi pudar. Padahal Al-Quran telah menegur sifat tak pernah puas ini dalam Surat Al-Fajr ayat 20.
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”