Oleh: Gus Nur
Hampir tiap Selasa dan Rabu saya and the group ikut kajian baca Alquran. Walopun masing-masing pernah ngajar Qur’an juga, tapi dihadapan ahlinya ternyata memang layak menyandang status “pelajar” lagi.
Then, pak ustadnya nanya saya: “Tad punya caffe?”
“Belum, tad. Masih dalam plan.”
“Kurang apanya?”
“Aslinya sih tinggal ngecor sungai kecil depan rumah. Tapi lihat njenengan bikin Rumah Ilmu Qur’an, saya jadi kepingin niru yang ini. Masak leluhur-leluhur saya rumahnya selalu ditempati ngaji, lah giliran saya sudah punya rumah sendiri gak bisa ngikut jejak.”
Karena berkecimpung dengan kopi itu menjadikan pikiran dipenuhi kopi terus dan ini juga berbahaya. Karena rejeki sudah dijamin Allah, sehingga harus jadi pemikiran ke sekian setelah kewajiban kepada Allah dan rasul-Nya.
Urusan jualan kopi, yang membolak-balik hati dan bikin orang mau beli ya Gusti Allah juga. Penjual cuma bisa ngiklan dan berdoa saja, “moga-moga laris Ya Allah. Yang beli Engkau beri barokah, panjang umur, bebas penyakit, tahan covid, anak turun nya pinter-pinter dan berbakti semua, rejekinya semakin lancar dan bebas masalah.”
Back to the topic, karena sesama pengajar, pak ustadnya membocorkan rahasia metode ngajar beliau, yaitu “Bil Qolam”. Filosofinya dari QS Al-‘Alaq “Alladzii ‘allama bil qolam” (yang mengajarkan dengan pena).
Terserah penafsirannya bagaimana, tapi dhohir ayat itu memang menyebutkan bahwa Allah mengajar dengan qalam.
Gus, hari gini pake pena kan kunonya kuno.
Terserah elu tong, tapi setidaknya saya sangat paham bedanya. Jaman dulu sekolah cuman modal selusin buku tulis gak pernah ngecewain guru.
Lah sekarang anak SD buku cetaknya saja stengah juta lebih malah bikin mamanya darah tinggi, “dibilangin berkali-kali gak hafal-hafal”.
Thats, menulis itu metode menghafal terbaik.
Ada sebuah tips, jika suatu saat anda tidak bawa apapun dan butuh cepat menghafal, seperti nomor hp orang lain, maka suruh dia mendikte dan anda bergerak seolah-olah menulisnya di telapak tangan. InsyaAllah cepet hafal.