Oleh: Didin Amarudin
Namanya Khubaib Bin Adi. Ia adalah satu dari sepuluh orang yang diutus Nabi ﷺ mencari informasi gerak-gerik Musyrikin Quraisy pasca kekalahan mereka di Perang Badar.
Namun malang, musibah menimpa mereka. Dalam perjalanan, di daerah antara Usfan dan Mekkah, mereka disergap seratus pemanah dari suku Bani Hayyan.
Delapan orang syahid. Dua ditangkap, yaitu Zaid bin Ad-Datsinnah dan Khubaib bin Adi. Mereka dibawa ke Mekkah dan diserahkan kepada musyrikin Mekkah.
Zaid mereka siksa dengan berbagai macam siksaan hingga gugur sebagai syuhada. Adapun Khubaib dibeli keluarga Al-Harits untuk dijadikan budak. Bukan untuk dipekerjakan tetapi untuk disiksa sebagai pelampiasan dendam atas kematian ayah mereka di tangan Khubaib dalam Perang Badar.
Namun antrian yang ingin melampiaskan dendam atas kekalahan dalam Perang Badar terlalu banyak. Akhirnya mereka sepakat akan menyalib Khubaib pada batang kurma. Dengan begitu mereka punya kesempatan yang sama untuk melampiaskan dendam itu.
Sebelumnya mereka mencoba meneror Khubaib dengan menceritakan siksaan yang menimpa Zaid sahabatnya. Tujuannya agar Khubaib kembali ke agama lamanya dan meninggalkan Muhammad ﷺ.
Akan tetapi keimanan Khubaib terlalu kuat untuk diteror seperti itu. Ketika kematian sekalipun tidak ditakutinya maka teror dalam bentuk apapun itu tidak ada artinya.
Maka sebelum eksekusi mati dilalukan Khubaib meminta kesempatan sholat dua rakaat. Dan Musyrikin Quraisy mengizinkannya. Lalu ia sholat dengan penuh kekhusyukan. Selepas sholat Khubaib berkata kepada mereka,
“Demi Allah, kalau bukan karena kalian nanti menyangka bahwa aku takut mati, niscaya aku lanjutkan sholatku!”
Maka sambil melangkah gagah ke tempat eksekusi, ia melantunkan syair.
“Aku tidak peduli selama aku dibunuh sebagai seorang Muslim.
Mati seperti apapun kematianku itu di jalan Allah.
Karena tempat kembaliku kepada Allah.
Jika Dia berkehendak Dia akan memberkahi setiap potongan organ tubuhku yang kalian cincang!”
Lalu Khubaib mereka ikat pada batang pohon kurma yang disusun sebagai salib besar. Dan anak panah serta sabetan pedang mulai menghujam pada tubuhnya. Darah mengucur deras. Maka di momen ini Abu Sufyan maju mendekatinya dan berkata kepada Khubaib,
“Apakah Engkau merasa senang bila Muhammad menggantikanmu, sedangkan Engkau dalam keadaan segar bugar bersama keluargamu?”
Abu Sufyan keliru menakar keimanan Khubaib. Maka keluarlah perkataan yang dicatat tinta emas oleh sejarah dari mulut Khubaib,
“Demi Allah, aku tidak akan pernah rela tinggal bersama anak istriku dan menikmati kesenangan dunia, sedangkan Rasulullah ﷺ menderita walau hanya tertusuk duri!”
Maka secara spontan Abu Sufyan mengatakan,
“Demi Allah, aku belum pernah melihat satu orang pun yang mencintai orang lain, seperti sahabat-sahabat Muhammad mencintai Muhammad!”
Dan akhirnya setelah mereka memastikan bahwa keimanan dan kecintaan Khubaib kepada Muhammad ﷺ tidak bisa ditukar dengan apapun, mereka melanjutkan menyiksa Khubaib hingga gugur menjadi syuhada.