Oleh: Yana Nurliana
“.. tapi kan antum tau urusan perizinan itu memang rentan sama gitu-gitu an”, kata si akhie dengan suara di tenangtenangkan. Terbaca banget ada nada ga enak, malu, sungkan.
“Suap maksutnya? Kalo memang sulit, menandakan ga bisa, ya ga usah dipaksakan buka lahan. Ga usah buat perumahan dilahan yang memang dilarang pemerintah. Lagian, udah tau urusan perizinan belom selesai, ngapain sudah terburu nafsu jualan? Sudah sok-sok bikin site plan, bikin brosur, bikin flyer janji syurg! Bikin presentasi perumahan syariah di hotel-hotel. Cuma mo fokus kumpulin dana orang, hah!
Antum tau, flyer perumahan yang antum tawarkan, padahal ternyata hanya hayalan, belum nyata dan belum selesai secara administratif. Itu namanya membohongi! Menjual barang yang ga jelas! Apa namanya kalo bukan ghoror? Apalagi antum pakai label label syariah. Jahat antum!” suara Babang bergetar. Marah.
Akhi berjanggut, ber ana antum, ber afwan syukron itu, diam saja. Entah merasa salah, atau memang sudah keras hatinya.
Babangku marah, aku tau sebabnya. Ini bukan sekedar tentang uang perumahan kami yang tertahan. Kami yakin ALLAH ganti nanti. Tapi luka yang Babang rasakan, lebih karena ketika label Syariah jadi slogan yang dimain mainkan. Apalagi mengetahui ada puluhan orang yang uangnya dimain mainkan dan tertipu juga.
Tertatih para pejuang Syariah menegakkan keindahannya. Dan para pengkhianat seperti akhi berjanggut dan kawan-kawannya ini merusaknya!
“Antum tau, pelacur berpakaian seks? Ia kaffah menyebut dirinya pelacur. Kami ga akan usik pilihan maksiat mereka. Tapi ketika ada pelacuran yang jelas jelas melakukan praktek pelacuran tapi tetap mantap memakai hijab saat melacur untuk sekedar menggaet pelanggan Muslim. Kami ga bisa diam!
Perumahan konvensional yang jelas haram prakteknya itu bahkan punya muka karena lebih jelas mengaku berdiri dimana. Tapi ketika antum membawa label Syariah, tapi prakteknya sama saja, bahkan lebih buruk, antum jahat! Tobat antum!” aku ikut menambahkan.
Kami sama sama marah. Mereka berusaha menjual ayat Allah dan kami menyaksikannya!
***
Syariah itu sebenarnya sederhana. Sederhana sekali. Ga ada Syariat yang sulit bagi mereka mereka yang takut Allah. Investorinvestor yang takut Allah juga ga sedikit sebenarnya. Mudah saja Allah mempertemukan jika Ia ridho.Tapi pengkhianat-pengkhianat tamak, selalu merusak amanah para investor.
Saya mengenal banyak investor baik yang siap rugi dan siap untung asal sesuai Syariah. Karena mereka tau, dalam syirkah ga ada kata rugi. Karen sejatinya mereka sedang bermuamalah bersama Allah. Mereka hanya sedang mengejar pahala melimpah dalam syirkah yang sesuai syariah.
Mereka yakin, jikapun ada potensi kerugian yang dihasilkan, pasti akan Allah ganti dari pintu-pintu lain. Yakinlah, investor LiLLah tak pernah khawatir tentang itu. Namun kerusakan akan selalu dilahirkan oleh mereka yang bakhil dan serakah. Dan jika ada yang begitu dalam Syirkah Allah langsung meninggalkan pelakunya tanpa berkah. Yang tersisa hanya masalah.
***
Kami teledor. Kami memutuskan membeli sebuah ruko untuk warung kami tanpa mengecek dengan teliti. Hanya percaya pada brosur Syariah tanpa riba dan melihat janggut pengelolanya..
Jika kalian ditawari Brosur Perumahan Syariah bebas riba, please note :
- Jangan terpesona dengan perumahan berlabel Syariah, teliti, teliti, teliti!
- Pastikan tanah yang pengembang sebut sebagai lahan untuk merencanakan pembangunan sudah selesai urusannya. Pastikan lunas atau setidaknya pemilik tanah sebagai bagian dari investor perumahan. Memang ada beberapa pihak yang memakai fiqih kontemporer terkait “menjual kembali barang yang belum lunas”. Tapi sebaiknya memilih berhati hati, jangan melakukan jual beli dengan sesuatu yang belum tuntas.
- Pastikan urusan perizinan pembangunan selesai. Pastikan benar perumahan bukan dibangun di lahan abu-abu, bukan lahan sengketa, bukan lahan dilarang membuat perumahan. Pastikan clear. Bukan “sedang diurus” atau “sedang dalam proses”.
- Jangan sampai uang muka dari Anda malah dipakai buat menyuap pihak-pihak yang akan mengeluarkan izin, naudzubillah.
- Pastikan site plan design rumah yang ditawarkan di awal sesuai dengan yang akan dibangun. Jikapun ada yang berubah itu tak esensial hanya terkait teknis. Karena inilah hal-hal paling dasar dari muamalah. Bagaimana mungkin membuat flyer janji syurga, akan membuat taman, akan membuat masjid, ternyata tidak ada.
- Pastikan pengembang benar benar tidak berhubungan dengan riba. Clear. Ga pake bank club.
Itu beberapa tips saja, meski banyak tips lainnya berdasarkan pengalaman. Tapi ini tips mendasar.
***
“Ini ijtihad”. Masih sempat si akhi berusaha ingin membela dirinya. Kuliat babang menatap ia lama dengan gigi bergemeletuk.
“Kamu tau, andai uang orang milyaran itu kamu pake dengan benar, kamu bangunkan rumahnya dengan benar, masalah ini setidaknya ga akan lebih memburuk dari ini. Sudah tanah belum beres pembeliannya,
bermasalah perizinannya, kamu pake uang orang untuk invest perumahan di tempat lain. Kamu masuk penjara pun ga akan bisa menebus luka-luka pejuang Syariah.” Kulihat Babang menahan tangannya tidak meninju.
Kebanyakan makan harta dari hasil menjual syariat ternyata juga membuat orang susah merasa telah berbuat dzalim.
***
“Kita akan buktikan nanti akan ada perumahan syariah. Modalnya Halal.Tanahnya bebas masalah dan
Dan rumahnya jadi dulu baru dijual. Biar Allah yabg jadi investornya,” bisik Babang padaku saat kami melangkah meninggalkan mereka yang terus saja berusaha mendustai agama dengan fiqih-fiqih kontemporer yang mereka comot sesuai kebutuhan nafsu birahi mereka.
Aku tau Babang bukan sedang ngeracau, dia sedang berdoa. Dia selalu berdoa ketika ada yang mendzalimi hak-hak nya. Aku juga yakin, dia tidak bercanda jika sedang bicara.
Saksikanlah. Perumahan Syariah kami akan lebih dulu berdiri tegak, saat kelak perumahan kalian akan terus disibukkan dengan suap dan sengketa. Bukan karena kami berdoa buruk tapi karena kalian sedang menanamnya.