Oleh: Gus Nur
Lama banget saya nggak mengudara. Online maupun offline. Beberapa waktu yang lalu mampir ke warung kopi langganan, lihat TV pas ada subtitle berita yang berjalan, eh dulu kelihatan kok skarang kerasa makin burem.
Baru nyadar ternyata jarak pandang makin berkurang. Visi makin terbatas. Tapi Alhamdulillah, disambung kacamata mungkin beres. Karena gangguan visi duniawi itu masih mending ketimbang visi ukhrowi.
Karena ketika manusia kehilangan visi akhirat, maka tiap langkahnya akan berbahaya. Dia akan cenderung mengejar dunia tanpa memperdulikan konsekuensi akhirat. Kerja tanpa peduli halal haram, mencari dunia tanpa peduli ibadah, mengejar kekuasaan tanpa memperdulikan syariat-Nya.
Padahal, wal aakhirotu khoirun laka minal uulaa, Dan akhirat itu lebih baik bagimu ketimbang yang pertama (dunia).
Sekitar tahun 2000, saya pernah heran dengan Jaringan Islam Liberal (JIL), ketika ada yang getol kampanye “Selamatkan Indonesia dengan Syariat”, eh si JIL malah bikin seminar bertajuk “Selamatkan Indonesia dari Syariat”.
Luar biasa banget kurang ajarnya, mendiskreditkan hukum-hukum Islam, hukum rajam, konsep non riba, dst. Padahal nggak ada hukum yang baik selain Syariat Islam. Dan hukum-hukum yang lain disebut hukum yang bodoh (jahiliyah). A fa hukmal jaahiliyyati yabghuun (Apakah hukum Jahiliyah yang mereka cari?).
Yabghuun asalnya baghoo/bughot (melawan/rebel). Dibentuk present/future tense menjadi Yabghuun: mencari. Tapi konotasi yabghuun dalam Alquran adalah mencari sesuatu yang buruk.
Dan orang-orang yang mengunggulkan hukum-hukum selain Islam hakikatnya adalah orang-orang yang mencari keburukan. Karena selain Syariat Islam adalah hukum Jahiliyyah. Orang-orang yang mengunggulkan demokrasi daripada Syariat Islam adalah orang-orang yang has no vision about the afterlive. Kehilangan visi akhirat. Harus sering-sering ngopi bareng saya lagi, biar menemukan lagi visi yang bener.