Termasuk tipu daya setan yang banyak menyesatkan manusia yang bodoh adalah menakut-nakuti manusia di satu tempat sehingga tempat itu dikenal “angker” atau “keramat”.
Tujuan utama mereka agar manusia terjerumus dalam dosa terbesar yang dapat mengekalkan pelakunya di neraka, yaitu dosa syirik, seperti memohon perlindungan kepada setan-setan yang mereka anggap “penunggu” atau “penguasa” di tempat itu.
Allah ta’ala berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di kalangan jin, maka para jin itu menambah bagi mereka dosa dan ketakutan.” [Al-Jin: 6]
Al-Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan dalam Tafsir beliau,
إذا نزلوا واديا أو مكانا موحشا من البراري وغيرها كما كان عادة العرب في جاهليتها يعوذون بعظيم ذلك المكان من الجان
“Apabila mereka (kaum musyrikin di masa Jahiliyah) mendatangi suatu lembah atau tempat tertentu yang angker di suatu daratan atau tempat lainnya, sebagaimana kebiasaan orang Arab di masa Jahiliyah, mereka memohon perlindungan kepada jin “penguasa” tempat tersebut.” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/239]
Kaum musyrikin di zaman Jahiliyah memohon perlindungan kepada jin penguasa di tempat tersebut setelah ditakut-takuti oleh setan-setan yang mendiami tempat itu.
Dan ternyata, pada awalnya setan juga takut dengan kedatangan manusia di tempat mereka, demi melihat ketakutan manusia kepada mereka dalam bentuk permohonan agar diberi perlindungan, maka para setan pun mulai menakut-nakuti manusia, maka jadilah hal ini sebuah metode untuk menyesatkan manusia.
Al-Imam Ibnu Abi Hatim rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya,
عن عكرمة قال: كان الجن يَفْرَقُون من الإنس كما يفرَق الإنس منهم أو أشد، وكان الإنس إذا نزلوا واديا هرب الجن، فيقول سيد القوم: نعوذ بسيد أهل هذا الوادي.فقال الجن: نراهم يفرقون منا كما نفرق منهم. فدنوا من الإنس فأصابوهم بالخبل والجنون
“Dari Ikrimah, beliau berkata, dahulu jin lari dari manusia (karena takut) sebagaimana manusia lari dari jin bahkan lebih takut lagi. Dan ketika manusia mendatangi lembah tertentu maka jin pun lari, lalu pemimpin kaum manusia (yang melewati lembah tersebut) berkata, “Kami berlindung dengan penguasa (jin) yang menghuni lembah ini,” maka jin berkata, “Kami lihat mereka (manusia) takut kepada kita sebagaimana kita takut kepada mereka.” Lalu para jin mulai mendekat kepada manusia dan menimpakan penyakit gila dan linglung (yakni kesurupan).” [Tafsir Ibnu Katsir, 8/239]
Maka jelaslah, keangkeran suatu tempat:
– Bukan karena adanya kuburan atau makam ‘keramat’.
– Bukan pula karena ada arwah penasaran yang meninggal secara tidak wajar di tempat tersebut.
Semua itu hanyalah tipu daya setan untuk menyesatkan manusia.
Minimalnya, jika seseorang telah berkeyakinan bahwa orang yang sudah mati ruhnya dapat bergentayangan lagi di dunia dan bisa memberi manfaat atau menimpakan bahaya maka aqidah tauhidnya menjadi rusak.
Karena keyakinan yang benar berdasarkan dalil-dalil syari’at, orang yang sudah mati hanya memiliki dua keadaan, apakah nikmat atau azab kubur yang dia dapatkan. Demikian pula, orang yang sudah mati tidak dapat memberi manfaat dan menimpakan bahaya.
(Artikel dari WAG tanpa menyebut nama dan sumber tulisan)