Oleh: Gus Nur
Orang yang merdeka itu ibarat penikmat kopi, bebas saja, mau ngopi pagi hari, mau siang hari, pake susu pake gula batu boleh, mau di caffee atau di sungai duduk di batu juga bebas, terserah.
Karena merdeka itu bukan kesenangan semu, yang tiap tahun dirayakan dengan tarik tambang, sementara tambang emas, minyak, batubara dikuasai asing dan rakyat dapat limbahnya.
Merdeka itu bisa menikmati hak-haknya, hak berpendapat, hak bersuara, hak melakukan kritik tanpa dipersekusi, tanpa dikriminilisasi, dan tanpa di intimidasi.
Merdeka itu bukan cuma slogan Indonesia maju. Gak ada yang maju kecuali anaknya, iparnya, mantunya sama besannya. Utang juga makin maju, kasus covid rangkingnya juga makin maju.
Merdeka itu ajakan Rasul mulia pada penduduk Najran,
أَدْعُوكُمْ إلَى عِبَادَةِ اللّهِ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ وَأَدْعُوكُمْ إلَى وِلاَيَةِ اللّهِ مِنْ وِلاَيَةِ الْعِبَادِ
“Aku ajak kalian untuk menghamba kepada Allah semata meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba. Aku ajak kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba”. (Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah).
Selama negeri ini memakai hukum jejak peninggalan penjajah, selama itu pula kemerdekaan hanya angan-angan belaka.
Lagi-lagi merdeka itu bukan yang tiap tahun bangga dengan lomba makan kerupuk, sementara BUMN, perusahaan besar, kekayaan negara dikeruk elit politik yang makin kemaruk.
Merdeka itu seperti peminum kopi kawan, bebas saja mau pilih arabica, robusta atau excelsa, karena memang bener-benar bisa menikmatinya.
Kemerdekaan itu sangat dekat dengan tukang ngopi, ngobrol pemikiran Islam, untuk membahas solusi masalah negeri.
Dan Membahas kemerdekaan memang asyiknya sambil ngopi bareng GusNur Coffeepreneur.