Suatu pagi, seorang pedagang ikan mulai berjualan di pasar. Ia memasang papan bertuliskan “HARI INI DISINI JUAL IKAN SEGAR”.
Tidak lama datanglah seorang pembeli dan bertanya, “Mengapa kau tulis HARI INI? Bukankah kau memang berjualan sekarang, bukan kemarin atau esok?”
Pedagang Ikan mengganti tulisan “DISINI JUAL IKAN SEGAR”. Lalu datang pembeli ke 2 dan bertanya, “Mengapa kau tulis DISINI? Bukankah memang disini bukan disana?”
Pedagangpun mengganti lagi dengan “JUAL IKAN SEGAR”. Tak lama pembeli ke 3 datang dan bertanya, “Mengapa kau tulis Segar? Bukankah memang yg kau jual ikan segar bukan iIkan busuk?”
Pedagang pun mengganti lagi dengan “JUAL IKAN”. Kemudian datanglah pembeli ke 4 yang bertanya, “Mengapa kau tulis kata Jual? Bukankah memang ikan ini dijual bukan dipamerkan atau dibagikan gratis?”
Lalu dihapuslah kata Jual, dan tinggal “IKAN”. Tak lama datanglah pembeli ke 5 dan bertanya, “Mengapa kau tulis Ikan? Bukankah semua orang tahu kau jual ikan, bukan sayur atau daging?”.
Pedagang pun menurunkan papan itu dan beberapa hari kemudian dagangannya makin sepi pembeli karena jualannya sudah tak menarik lagi.
Jadi, apapun yg kita lakukan, bagaimanapun keadaan kita, pasti tdk akan lepas dari penilaian dan komentar orang lain. Penilaian yang baik memang akan membuat kita bangga dan lebih bersemangat dlm menjalani hidup. Namun sebaliknya, penilaian buruk bisa membuat kita malu, tersinggung dan sakit hati bahkan kehilangan semangat.
Orang lain bebas berkomentar, namun kesuksesan itu tergantung keyakinan dan sikap kita sendiri. Pandai-pandailah dalam menyaring perkataan yang masuk telinga kita. Jangan biarkan orang lain mengubah arah hidup yang telah kita tentukan. Jadikan penilaian mereka sebagai koreksi namun tetaplah melangkah sesuai dengan apa yang kita yakini.
(Naskah dan foto oleh Ukthty Iis Tmt dalam PT. Media Amanah Internasional, Judul telah diedit oleh redaksi)