Breaking News
(Foto : Solisik)

Man Arofa Nafsah Faqod Arofa Robbah

Oleh: Gus Nur

(Foto : Solisik)

 

Kemarin ada yang nanya “Gus, hadits diatas dhaif ya?” Tak jawab “mungkin, tapi maknanya bener”. Urusan shahih dhaif itu biar pakarnya yang membahas. Kalo level kroco cukup mencari faidah dari maknanya saja.

Karena maqolah diatas setidaknya ada 3 pelajaran yg bisa diambil.

1 . Orang yang tahu bahwa dirinya bersifat lemah, dia akan mengenal Tuhannya yang bersifat Alqowiyy, Maha Kuat. Orang yang tahu dirinya penuh dengan kehinaan, dia akan mengenal Tuhannya yang penuh kemuliaan. Orang yang tahu bahwa dirinya bodoh, dia akan mengenal Tuhannya yang bersifat Al-Aliim, Maha Tahu. Karena Allah saja lah yang memiliki kesempurnaan, pujian, kemuliaan, dan kekayaan yang mutlak.

Sementara hamba itu miskin, kekurangan, dan membutuhkan. Semakin seorang hamba mengetahui tentang ketidaksempurnaan, kekurangan, kemiskinan, penghinaan, dan kelemahannya, maka semakin dia mengetahui tentang Tuhannya dengan deskripsi kesempurnaannya.

2. Siapa pun yang memandang dirinya sendiri dengan atribut pujian di dalamnya, seperti kekuatan, kepandaian, kekuasaan, dll, maka dia akan tahu bahwa Yang Memberikannya dan Yang Menciptakannya lebih pantas dengan hal itu.

Memang, siapa pun yang menjadikan seorang hamba sebagai pembicara pasti lebih sempurna dalam pembicaraan. Siapa pun yang membuatnya hidup, berpengetahuan, mendengar, berwawasan, efektif, mampu, pasti lebih sempurna dalam semua hal diatas.

3. Ketika seseorang terhadap dirinya sendiri tidak tahu, maka bagaimana bisa dia mengklaim tahu terhadap yang lainnya?

Ketika seorang hamba tidak tahu hakikat dirinya sendiri sebagai hamba, bagaimana dia mengenal Tuhannya? Maka kalimat “Man arofa nafsah faqod arofa robbah, sungguh penting direnungkan.

Siapa yg mengenal dirinya, maka dia benar-benar mengenal Tuhannya. Sambil menerawang mentari tenggelam dengan secangkir harum arabica di sore yang sejuk.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur