Breaking News
(Foto : Gurusiana)

BANYAK NGOPI BANYAK CINTANYA

Oleh: Gus Nur

(Foto : Gurusiana)

Setidaknya sama penjualnya karena, yah… kita harus positif thinking saja, merasa dicintai orang lain lebih baik ketimbang merasa dibenci.

Ada mbak-mbak yang tiap hari kirim iklan ke saya kayak minum obat. Walaupun nggak saya jawab tapi dia istiqomah terus. Saya yakin dia pasti seneng sama saya, coz tanda orang seneng itu selalu pengen berkomunikasi. Suwer, ini fakta.

Kalo gak saya bales mohon maaf saja, tapi jangan khawatir, tiap orang yang japri saya seringnya tak doakan dalam hati “semoga barokah” atau kadang pake doanya orang mati “Alloohummaghfirlahu warhamhu … dst”.

Dan memang banyak bicara tanda cinta. Imam As-Syadzili pernah bermimpi melihat majelis Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dihadapan beliau duduk Nabi Musa dan Nabi Isa.

Nabi Musa protes, “Ya Muhammad, Engkau bilang ulama dari umatmu seperti para nabi bani lsraeI. Seperti apa contoh orangnya?”

Nabi Muhammad tidak menjawab, tengok kanan kiri. “Mana Al-Ghazali, kesinilah !”

“Apakah dia orangnya?” tanya Nabi Musa

“Ya. Dan bertanyalah” jawab Nabi Muhammad.

“Siapa namamu wahai kisanak?” tanya Musa.

“Saya Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Alghazali At-Thusi”, jawab Al-Ghazali.

“Apakah demikian cara engkau menjawab? dimana adabnya? bukankah aku cuma menanyakan namamu, kenapa kau sebut juga nama bapak dan kakekmu?” tanya Nabi Musa tidak puas.

Al-Ghazali lalu minta persetujuan Nabi Muhammad. “Apakah saya mengutamakan adab, ataukah saya harus menjawab?”

“Jawab saja” kata Baginda Nabi.

Al-Ghazali berkata, “Wahai Musa Kalimullah, ketika Allah menanyakan [Dan apakah yang ada di tangan kananmu itu wahai Musa?] lalu engkau menjawab [Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain]. Bukankah seharusnya engkau cukup menjawab [ini adalah tongkatku]? Tapi engkau justru menambah kata dan menambah kata. Maka seperti itulah wahai Musa, bahwa orang yang mencintai ingin selalu bicara dengan orang yang dicintai”. (QS Thaha 17-18)

Jadi, banyak bicara banyak cinta. Kalo kita punya istri cerewet, maklumi saja. Karena begitulah dia ungkapkan cinta. Kalo cerewetnya sambil marah-marah maka sadarilah mungkin dia capek butuh dicarikan teman untuk mencuci bergantian, memasak bergantian dan bikinkan kopi bergantian juga.

Tapi kalau dalam keluarga sudah sama-sama gak doyan bicara, diem-diaman saja, maka hati-hatilah, jangan-jangan rasa cinta sama-sama telah sirna.

Memupuk cinta kedua kali mungkin sama sulitnya dengan membangun piramida. Dan berkeluarga tanpa rasa cinta itu tetep gak enak walaupun bisa dijalani. Karena itu salinglah mengalah, jangan menuntut berlebihan. Pahami kondisi emosional pasangan kita.

Dan wahai para istri, sering-seringlah menyuguhkan kopi kepada suamimu, karena lelaki yang banyak ngopinya akan banyak cintanya.

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur