Breaking News
Black Hole (Foto : Inews)

Black Hole, Pendekatan Tafsir al-Qur’an

Oleh: Inayatullah Hasyim (Dosen FH Univ. Djuanda Bogor)

 

Black Hole (Foto : Inews)

Pada tahun 2019 lalu, (10/4/2019), dunia ilmu pengetahuan digegerkan dengan sebuah foto yang dipublkasi oleh National Science Foundation. Foto itu dilakukan dengan menggunakan teleskop Event Horizon. Foto itu penting sebab menjadi jawaban atas teka-teki keberadaan Black Hole.

Selama ini, para pakar astronomi meyakini keberadaan Black Hole tapi tak pernah ada bukti “fisiknya”. Anda terbayang berapa jarak antara teleskop Event Horizon dengan Black Hole? Jaraknya adalah sekitar lima puluh juta tahun cahaya. Demikian dilaporkan oleh majalah National Geographic. (Selengkapnya, silakan baca di sini https://api.nationalgeographic.com/distribution/public/amp/science/2019/04/first-picture-black-hole-revealed-m87-event-horizon-telescope-astrophysics)

Isyarat tentang Black Hole ini sesungguhnya telah disinyalir al-Qur’an. Di dalam surah At-Takwir, ada dua ayat pendek yang penjelasannya dapat menafsirkan alam-semesta, terutama Black Hole. Allah SWT berfirman,

فَلا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ (١٥)الْجَوَارِ الْكُنَّسِ (١٦)

“Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam,”

Pada ayat 15 dan 16 itu, Allah SWT bersumpah dengan menyebutkan kata bintang (yang tersembunyi). Kata yang digunakan untuk merujuk bintang adalah “al-khunas”. Dalam bahasa Arab, bintang biasanya disebut dengan kata “najm”. Bentuk plural (jamak) nya adalah nujum. Ada teman saya yang bernama Najmuddin, artinya bintang agama.

Karena itu pula, kita sering mendengar ungkapan, si fulan itu ahli nujum. Maksud sebenarnya adalah seseorang itu adalah ahli masalah perbintangan (astronomi). Sayangnya, banyak orang memahaminya dengan keliru, ahli nujum dikira tukang ramal atau ahli astrologi. Sehingga mereka meminta diramal nasib dan peruntungannya pada orang itu. Padahal, kata Rasulullah SAW, Allah melaknat tukang ramal. Sehingga, kata beliau SAW lagi

مَنْ أتى عَرَّافًا فَسَأَلهُ عَنْ شَئٍ لم تقْبَل لَهُ صَلاةُ أربعينَ ليلةً

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 malam“.

Kembali pada ayat ini, Allah swt tidak menggunakan kata “najm”, melainkan “al-khunash”. Ahli tafsir mengatakan, khunash adalah bentuk plural dari khanish. Artinya, sesuatu yang menghilang atau lenyap. Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW diriwayatkan bersabda,

” الشيطان جاثم على قلب ابن آدم ، فإذا ذكر الله خنس ، وإذا غفل وسوس

 

“Setan itu menunggui hati anak-cucu Adam, jika (anak-cucu Adam) menyebut nama Allah, setan langsung lenyap, (namun) jika dia lengah, setan membuat wiswas”.

Jadi, khanish itu berarti lenyap dari pandangan mata. Namun demikian, pada ayat ke-enam belas, Allah swt berfirman,

الْجَوَارِ الْكُنَّسِ

“Yang beredar dan terbenam”.

Jadi, ada satu jenis bintang yang beredar (aljawar) sangat cepat sehingga kecepatannya melebihi kecepatan “cahaya” yang dipancarkannya.

Ketika menafsirkan ayat ini, para ahli tafsir klasik mencoba menjelaskan soal bintang yang tak terlihat itu. Imam al Qurthubi menafsirkan, “Yaitu bintang-bintang yang bersembunyi di siang hari, dan tersapu atau tertutup pada petang harinya”. Imam Ar-razi mengatakan, “Allah SWT bersumpah demi bintang-bintang yang tersembunyi di siang hari, yaitu hilang cahayanya dari pandangan mata, tetapi ia tetap berada pada tempat peredarannya, dan tersapu atau tertutupi pada petang harinya”. Beberapa ahli tafsir modern menafsirkan: “yaitu bintang-bintang yang menghilang atau kembali pada porosnya, dan melintas ke peredarannya kemudian bersembunyi kembali”.

Penafsiran para ulama, baik klasik atau modern itu, memiliki satu

benang merah. Yaitu, bahwa ada sejenis bintang yang wujudnya ada tapi tak dapat dilihat oleh pandangan mata. Hal ini mirip dengan salah satu fenomena alam di ruang angkasa yang baru pada abad kedua puluh diyakini oleh para pakar astronomi keberadaannya. Penemuan itu dikenal dengan istilah Black-hole. Black-hole sesungguhnya adalah bintang yang meredup cahayanya dan berubah menjadi pekat.

Menurut Wikipedia, black hole adalah sebuah pemusatan yang sangat besar sehingga menghasilkan gaya yang sangat besar pula. Gaya yang sangat besar ini mencegah apa pun lolos darinya kecuali melalui perilaku terowongan kuantum. Medan gravitas begitu kuat sehingga kecepatan lepas di dekatnya mendekati kecepatan cahaya. Tak ada sesuatu, termasuk elektromagnetik yang dapat lolos darinya. Bahkan hanya dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh kata “hitam”. Istilah “lubang hitam” telah tersebar luas, meskipun ia tidak menunjuk ke sebuah istilah lubang dalam arti biasa, tetapi merupakan sebuah wilayah di angkasa di mana semua tidak dapat kembali. Secara teoritis, lubang hitam dapat memiliki ukuran apa pun, dari mikroskopik sampai ke ukuran alam raya yang dapat diamati

Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman bernama Karl Schwarzschild, pada tahun 1916, dengan berdasar pada teori relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking. Pada saat ini banyak astronom yang percaya bahwa hampir semua galaksi di alam semesta ini mengelilingi lubang hitam pada pusat galaksi.

Adalah John Archibald Wheeler pada tahun 1967 yang memberikan nama “Black Hole” sehingga menjadi populer di dunia bahkan juga menjadi topik favorit para penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat lubang hitam akan tetapi kita bisa mendeteksi materi yang tertarik/tersedot ke arahnya. Dengan cara inilah, para astronom mempelajari dan mengidentifikasikan banyak lubang hitam di angkasa lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga diperkirakan di angkasa dihiasi oleh jutaan lubang hitam.

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahua’alam bis showwab.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur