15 Juli 2016. Empat tahun lalu. Kudeta itu kembali terjadi. Kali ini lebih besar, terbesar di antara berkali-kali kudeta gagal sebelumnya. Kali ini pelaku utamanya dari militer, meskipun pendukungnya tetap negeri yang sama dengan negeri sebelumnya yang aktif menumbangkan Mursi dari kursi kepresidenan yang sah di Mesir.
Keadaan chaos. Hampir-hampir kudeta itu berhasil. Rakyat menangis. Banyak yang menyiapkan diri untuk berkorban nyawa. Masjid-masjid berkumandang menjadi komando pertahanan sekaligus perlawanan rakyat terhadap kudeta.
Di antara sosok yang turun tangan secara langsung menghentikan kudeta, di barisan terdepan ia berada, dua tembakan mengenai kepalanya sehingga tak terbayangkan jika ia masih hidup, adalah Turgut Aslan, Kepala unit anti-teror polisi Turki.
Tetapi nyawa di tangan Allah ‘Azza wa Jalla. Bukan di tangan tantara.Turgut Aslan tetap hidup. Ia melakukan langkah penyelamatan yang sangat berani. Ia menggagalkan kudeta. Sebuah tanda keberanian dan pengorbanan, membekas di kepalanya. Penyok dan bekas jahitan yang tak lagi dapat dirapikan.
Kelak empat tahun kemudian, di bulan Juli juga, ia menyaksikan pemimpin yang ia berjuang gigih menyelamatkannya dari kudeta, mengambil keputusan berani. Pemimpin itu mengembalikan Aya Sofia menjadi masjid. Dan kelak kalau ada manusia bersujud di atas masjid itu, semoga mengalir pahala baginya.
Lelaki yang tak mudah dibeli itu namanya Turgut Aslan. Ia menyelamatkan Turki dari kudeta dan mempertahankan imam masjid yang suka bermain bola, Recep Tayeb Erdogan, tetap sebagai presiden Turki.
Tokoh lainnya yang telah menyelematkan Turki dan Preside Erdogan dari upaya kudet adalah Omer Halisdemir (almarhum). Dia adalah prajurit Komando Baret Merah Turki (Pasukan Khusus) yang masih setia dengan Erdogan saat aksi kudeta berdarah 15 Juli 2016 itiu. Aksi Omerlah yang membuat kudeta menjadi berantakan.
Omer berhasil menyelinap kedalam kelompok pimpinan pemberontak setelah mendapat perintah dari atasannya yang setia kepada Erdogan. Omer Halisdemir adalah seorang prajurit Komando yunior Turki loyalis Erdogan yang berhasil menembak mati kepala kelompok gerombolan kudeta militer Brigjen Semih Terzi, deputy Kepala pasukan Komando yang menjadi otak kudeta.
Dalam sebuah pergumulan baku tembak ketika menolak menyerahkan markas pada jam-jam awal kudeta sehingga rantai rencana komando kudeta sampai ke pelaksana menjadi berantakan. Omer Halisdemir setia kepada negara dan pemerintahan Erdogan meski dibayar dengan nyawanya dengan 30 peluru tembakan tembus di tubuhnya.
Nama Halisdemir pada 20 Agustus 2016 oleh Majelis Nasional Agung Turki diberikan kepada perguruan tinggi negeri di provinsi Nigde kampung halamannya.
(Artikel dari WAG tanpa menyebut nama dan sumber artikel)